Demokrasi, Alat Uang dan Kompetisi Terakhir


Dalam rezim demokrasi, alat uang bagi wakil rakyat sering mengkebiri “transkrip demokrasi”. Transkrip demokrasi adalah ketika prinsip-prinsip demokrasi seperti akuntabilitas dan transparansi publik telah dikebiri (Philp, 1997: 438). Kalau bicara alat ruang bagi rakyat. Kayaknya gak mungkin. Karena rakyat justru banyak menjadi korban dan tumbal dari mata rantai siklikal kejahatan cari ‘duit berjamaah’ ini. Alat cari uang ini seperti struktur koersif yang tidak bias diputus. Seorang elit politik betapa bersihnya dia, selama struktur yang bersifat koersif tsb tidak diputus. Dia akan akan ikut2an cari duit, karena berantai dan memenuhi tuntutan struktur politik penggede lainnya yang cari duit juga tsb. 

Bahkan senggal-senggol cari duit pun jauh lebih aman karena bentuk dari strategi mekanisme pertahanan diri seorang pencari duit/wakil rakyat untuk menghadapi kontestasi dan kompetisi politik. Oleh karenanya rasional bila dia disebut sebagai bagian dari sebuah sistem dan struktur besar yang cari duit. Modus cari duit selalu sama dari zaman buhalak sampai sekarang. Penggelembuangan anggaran, pengadaan barang fiktif, jual beli hukum. Bentuk formatnya pun juga mirip2 (modus pembocoran APBN di proyek2 besar/kecil nasional). Hanya korbannya saja yang melahirkan wajah2 pencari duit yang baru. Saya yakin mereka sangat paham konsekuensi cari duit dilahan rakyat. Bahkan dampak dan akibat terburuknya paham. Cuma, kapasitas mereka hanya sebagai ‘tim hore’ dan berhadapan dengan tim yang struktur cari duitnya lebih besar melumpuhkan kapasitas2 mereka yang ingin tobat atau sekedar ingin bersih. Akhirnya, semua rela lapang dada menjadi alat uang wakil rakyat ketimbang memfungsikan demokrasi sebagai alat ruang bagi rakyat. Tentang hati, etika, akal budi. Aah itu Bahasa basi. Bahasa pantes2an saja saat bicara didepan orang. Hasrat pengen hidup bersih, kalah dengan solidaritas bersama berjamaan untuk cari duit ketimbangan keniscayaan Bahasa penjuangan.

Spirit cari duit merontokkan rezim demokrasi. Spirit cari duit di semua lembaga di Indonesia dan dunia adalah kejahatan ganda. Menikam kepercayaan sekaligus membunuh secara pelan-pelan. Karena ini adalah jebakan lembut laten nan masiv. Seharusnya semua orang memahami ini, mewaspadai, dan mawas diri. Karena faktanya, bagaimana mungkin kita bisa selamat dari budaya kepungan politik cari duit yang korup? Lawong semua orang saja jijik dengan kalimat politik bersih, akuntabilitas dan transparansi. Apalagi kalau dianggap ada ‘manusia pelopor perubahan baru’ yang dianggapnya malah sebagai pahlawan kesiangan part 1. Sadar martabat demokrasi yang bersih secara politik, transparan dan akuntabel menurut saya adalah solusi dan alat tujuan yang baik. Siapapun yang menanam investasi keburukan, pasti akan tercium bangkainya suatu waktu. Semoga di level akar rumput, rakyat2 kecil jangan lagi diajari etos cari duit dengan menerima politik uang. Rakyat harus kritis.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembohong Jangan Diberi Ruang Publik

Ekonomi Penentu Sejarah

Tradisi Para Pakar?