Jalan Keluar Efektif Dari Kemiskinan Adalah Jalan Pendidikan


Ketimpangan akses pendidikan antara kelompok kaya dan miskin sudah menjadi puisi lama. Perlu terobosan untuk mendesain akses rakyat miskin agar bisa mengenyam bangku kuliah. Rakyat miskin harus berpendidikan agar tidak terjebak pada lingkaran kemiskinan.

Seumber solusi umum yg normatif digunakan adalah: (a) mengandalkan dana pemerintah, yang gampang2 sulit. (b) berharap spp anak2 mahasiswa tidak dinaikkan, dan faktanya grafik pembayaran ini selalu menaik setiap tahunnya.

Solusi inovatif (anti mainstream) perlu dilakukan. Kerjasama (scr besaran jumlah dan kapasitasnya) dan dana alumni (plus jaringannya) bisa jadi solusi pembiayaan pendidikan ini. Caranya?

Kerjasama: (a) bisa melakukan kerjasama sebanyak mungkin dengan perusahaan yg punya orientasi skim beasiswa, insyaallah gayung bersambut karena perusahaan pun punya tg jawab skim CSR yang bisa digunakan untuk beasiswa. Tinggal pintar2 kita saja cara mempetakannya dan melakukan pemetaannya (roadmapping); (b) yang kedua, dari kerjasama2 tsb lakukan pemilahan potensi untuk mulai berpikir menyusun endowment fund atau dana abadi. Sehingga kita tidak semata2 hanya berharap dari pemerintah, apalagi spp anak2; (c) dana BOPTN juga bisa dipakai (walaupun administrasinya ribet) untuk operasional, tapi belum bisa optimal sehingga tetap ada ‘retribusi’ anak2 (sesuai kemampuan keluarga) untuk sumbangsih tsb; (d) mulai berpikir untuk membuat koperasi khusus kelolaan untuk KMI/ kredit mahasiswa indonesia (student loan), ttg bentuk skim-nya bagaimana? Ini perlu pembahasan intensif antara 6 parted/entities (pemerintah/negara, koperasi, kampus, perusahaan/bisnis, alumni, mahasiswa) ini. Dicari apa saja link and match yang bisa dipadukan, sehingga melahirkan skim yg mirip2 student loan yg efektif diterapkan. Dalam hal ini NTU Singapura sukses menerapkan hal ini. Kalau di NTU, 80% dari biaya kuliah dapat diperoleh dari program pinjaman kuliah, dan sebanyak 20% dapat diperoleh dari program pinjaman pendidikan NTU. Saya pikir untuk entitas sebesar kita, ini hal yang sangat mungkin bisa dilakukan.

Alumni: (a) menggalang potensi alumni (non-materiel dan materiel); (b) kerjasama yang dijembatani spirit integrasi link and match oleh alumni bisa membuka peluang satu langkah lebih dekat dengan para tokoh2 penting, pejabat2 penting, perusahaan, instansi, lembaga, yayasan, kementrian. Bisa juga kita mengakses program tematik mereka, misal: CSR. Apakah ini potensi? Sangat potensial, karena secara aturan perpajakan, ada insentif pengurangan beban biaya (tax deductable) bila dana CSR ini dialokasikan ke pendidikan.

Sudah menjadi tugas kita membuka akses bagi semua orang untuk tetap bisa kuliah.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembohong Jangan Diberi Ruang Publik

Ekonomi Penentu Sejarah

Quo Vadis PPN 12%