Pribumi Dan Geliat Para Naga


Cuplikan Emha,

Katanya lembaga-lembaga survei kecemerlangan prestasi pemerintahan Indonesia sebesar 67% memuaskan rakyat.

Apakah Indonesia, manusia, kehidupan dan nasib, begitu remehnya di telapak tangan raksasa dan Naga, meskipun kita yang menjadi kuku dan cakarnya.

Ini bukan soal pribumi. Arti pribumi tidak terletak pada kata-katanya, melainkan pada ketepatan peletakannya berdasarkan konteks dan nuansanya.

Pribumi itu bukan siapa kita, apa warna kulit kita, apa Agama kita. Pribumi itu bukan personalitas, bukan pula identitas. Pribumi itu komitmen kepada rakyat, karena kita sendiri adalah rakyat, bukan yang berkuasa atas rakyat.

Pribumi itu bukan apa jabatan atau profesi kita, dimana alamat kita. Kalau kita memijakkan sepatur di atas kepala rakyat, kalau kita mengambil untung sendiri tidak dalam kebersamaan dengan keuntungan semua rakyat, berarti kita bukan rakyat. Karena bukan rakyat, maka kita adalah penghisap, penindas, pelintah.

Menjadi pribumi itu menyatu dengan rakyat kecil dan saling mencintai dalam kesatuan kita dengan mereka. 1- Mencintai, 2- Rakyat, 3- Kecil.

Rakyat itu ra'iyah. Ra'iyat. Kepemimpinan. Pemegang kedaulatan sejati.

Saya kok cemas melihat Reklamasi, Meikarta, serta banyak progran dan kontrak-kontrak yang sejenis itu. Apa kita yakin pasti hari esok bisa kita rancang, laksanakan, dan kendalikan. Saya sungguh cemas.

Untung saya tinggal di luar itu semua.

#Tulisan renungan.
#Emha Ainun Najib /Caknun.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembohong Jangan Diberi Ruang Publik

Quo Vadis PPN 12%

Siapa Obyek Makan Siang Gratis?