Berbenah Menjadi Tugas Utama Saya


Strategi sustain yang tidak mengenal tempat dan kondisi, menurut saya adalah semangat perbaikan.

Fokus berbenah dan melakukan semangat perbaikan harus menjadi perhatian yang serius. Apalagi kita berkomitmen bekerja untuk bangsa dengan dedikasi long life dan long lasting.

Ucapan mentor saya dalam forum, ada tiga cara membangun kedaulatan. 1, harus terstruktur; 2, harus sistematis; dan 3, harus massif.

Komitmen bekerja untuk bangsa menjadi dedikasi yang lifetime dan long lasting. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah pemastian target kualitas kita tercapai, berupa: 1, tercapainya capaian organisasional; 2, tercapainya kualitas sumber daya manusia; 3, tercapainya pelayanan publik dan fast respond kepada publik melalui teknologi informasi dan modernisasi teknologi informasi; 4, tercapaianya kualitas basis data; 5, tercapaianya proses bisnis; 6, tercapaianya proses bisnis yang optimal/maksimal; 7, adanya capaian yang baik pada peraturan dan perundang-undangan yang saat ini diberlakukan dan diperbaiki.

Kunci variable-variable diatas di satu hal, yaitu: Leader. Pemimpinnya. Kalau pemimpinnya memble, ya memblelah seluruh struktur sempurna yang sudah dibuat tadi.

Pemimpin harus punya visi, sikap, dan pilihan yang jelas. Tidak boleh ragu!

Pemimpin yang memimpin rakyat kecil, tidak boleh kecolongan di proses perencanaan. satu contoh tentang perencanaan tata dan kelola kota dan desa. Pembangunan dan perencanaan harus matang. Caranya ditunjukkan dengan: pembangunan kota/desa, tidak boleh cenderung menggeser warga asli disitu, even itu pelakunya investor. Karena saat ini fakta eksisting-nya seperti itu. Pembangunan kota/desa cenderung menggeser warga asli, sehingga semangatnya adalah: “dimana bumi dipijak, bukan disitu bumi dijunjung”. Melainkan, “dimana bumi dipijak, disitu investor dijunjung”.

Tantangan kita saat ini ada tiga, yaitu: 1, lapangan; 2, part** makin mengerucut; 3, dukungan politik dengan spirit bukan investor.

Kenapa harus seperti itu?? Agar kita tidak terkena ‘jebakan batman’.

Semangat perbaikan, akan melahirkan peningkatan kepatuhan, kepercayaan terhadap pengelolaan basis data, dan integritas, kejujuran, dan produktivitas kita. Sehingga, inilah semangat yang harus dijaga.

Ingat ya. Politik, bukan output. Politik itu adalah proses dan metodologi. Karena metodologi, maka kita harus mampu melihat itu dengan kaca mata kedewasaan dan kematangan pikir. Harus bisa bijak melihat dari segala angel sudut pandang, celah sudut pandang, dan cendela sudut pandang. Jangan mau jadi sumbu pendek dan tipis kuping. Berani bekerja untuk bangsa, ya harus tebal kuping. Jo nyinyir, jo ngamuk’an.

Substansi yang harus kita bawa pulang adalah: 1, kita harus bersyukur; 2, ini adalah perjuangan; 3, memajukan Negri bisa melalui jalur mana saja; 4, kita harus optimis; 5, kita harus melahirkan pejuang dan mau menjadi pejuang; 6, harus bisa menemukan pandangan filosofis agar memberikan arah kedepan; 7, merdeka dan berdaulat itu jawaban akhir, bukan negosiasi; 8, menjadi Negara hebat, dimulai dari kualitas sdm-nya; 9, hati-hati dengan sabotase; 10, sebagian berpolitik dengan praktik kotor, kita memilih jangan/tidak; 11, kabar si papa minta saham lolos lagi, itu benar-benar biangnya mafia yang jadi catatan pr kita dimasa yang akan datang; 12, kita harus tidak rela, republik kita disandera, apalagi sandera-nya berupa drama; 13, visi kita, politik harus diisi oleh orang-orang terdidik dan itu bukanlah kenaifan.

Bagaimana kita bisa meyakinkan, mampu melahirkan perubahan besar, apalagi tanpa investor politik balas jasa?? Bung Karno dan Nelsen Mandela itu bukan besar karena investor, tapi besar karena idealisme-nya. Idealisme kita adalah harta termegah kita dalam perjuangan. Perubahan besar “harus partisipatif”. Intinya, jangan mau prinsip “politik mobilisasi”. Percayalah, dengan idealisme dan konsistensi kita, mereka yang akan nyumbang (entah itu investor atau siapapun) akan datang-datang sendiri dan rela menyumbang tanpa menggerogoti idealisme kita.

Makanya, kita harus partisipatif dan punya value/ nilai luhur yang dipegang kuat.

Kalau ada yang tanya atau mengkritik. Kok mau2nya turun tangan?!! Jawab: Ini soal peran, bukan soal seberapa besar jabatan tsb.

Mari berbenah dengan semangat perbaikan!

#Tulisan saya diatas adalah majazi, istilaahki, dan sedikit sarkastik.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

  1. Luar biasa tulisannya. Semoga menginspirasi bagi para pembaca. Semangat berjuang dan jadi pejuang

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembohong Jangan Diberi Ruang Publik

Quo Vadis PPN 12%

Siapa Obyek Makan Siang Gratis?