NU, Kunjungan Gus Yahya, Dan Israel
Saya tidak tahu, apakah apapun koar2 Gus Yahya bahwa dirinya tidak mewakili NU. Tapi faktanya Gus Yahya tidak sadar atas permainan propaganda. Faktanya, Israel sampai kapanpun akan mencari jalan apapun untuk mencari pengakuan terhadap Yerussalem. Termasuk, menggunakan ‘alat’ NU sebagai modus propaganda. Karena sesungguhnya mereka hanya menarget NU, tidak urusan dengan Gus Yahya, ia hanya alat yang digunakan untuk ‘menaruh’ marwah NU dalam meja gambling dan propaganda untuk pertaruhan.
Gambar 1. Israel Hanya Menarget NU Sebagai Organisasi Islam Terbesar Dunia, Yahya Staquf Hanya Alat. Walaupun NU Mengklarifikasi Kunjungan Yahya Tidak Mewakili NU Pun Dengan Gus Yahya, Namun Begitulah, Sampai Kapanpun Israel akan Mencari Jalan Apapun Mencari Pengakuan Terhadap Yerussalem. Mungkin Gus Yahya Tidak Pernah Memikirkan Manuver Ini dan NU Secara Langsung Belum Pernah 'Diserang' Fitnah Zionis (Direct Attack), Serangan Langsung Zionis Ini Terhadap NU, Indonesia, dan Muslim Internasional akan Menjadi Pelajaran Moral dan Pengalaman Yang Serius Bagi NU dan Negeri Ini.
Kunjungan Gus Yahya ke forum AJC Israel membuat dunia seakan terbelah, di tubuh NU sendiri, panas saat membahas ini. Jelas bahwa, Israel hanya menarget NU, bukan Gus Yahya. Ketahuilah yang mereka target bukanlah Gus Yahya, tapi NU secara kelembagaan. Posisi Gus Yahya sebagai Katib Aam PBNU dan anggota Watimpres Jokowi adalah alat utama menghancurkan citra organisasi masyarakat Islam moderat NU untuk menghambat radikalime di bumi pertiwi NKRI. Ya, itulah Israel. Sekali hajar, ada 3 nama yang rusak, NU, Jokowi dan nama baik Islam internasional. Kita harus mengkritik Gus Yahya, namun bukan dalam rangka kebencian pada Gus Yahya, apalagi NU. Kritik dengan pondasi argument rasional dibutuhkan untuk semua tokoh negeri ini. Tapi kalau sudah cacian, apalagi tuduhan pro zionis atau bahkan NU Pro Zionis, ini hal yang berbeda, kita harus tdiak terima.
Mengutip sumber tulisan yang saya minta izin pm pribadi atas dirinya. Diselidiki bahwa disitu dengan gamblang mengatakan saya mengabdi di jajaran kepemimpinan salah satu organisasi muslim terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Jadi jelas bahwa saya disini atas nama dan untuk Palestina. Kalimat ini disebutkan Gus Yahya di Truman Institue Jerussalem. Walaupun kalimat pembelaan ini tidak disebut di AJC di hadapan Netanyahu, tapi minimal sudah terlontarkan di negara yang sama dalam waktu yang berbeda. Ini harus dikritik, tapi harus sehat kritiknya. Sama halnya dengan kasus penembakan tenaga nurse yang mengakibatkan kematian Razan Al Najjar yang tdiak disebut di forum AJC. Walaupun, banyak sumber yang menyakini cara terbaik (bahkan satu-satunya) untuk menghadapi Zionis adalah perlawanan bersenjata setelah 70 tahun pendudukan. Tapi bagi saudara-saudara NU yang berjuang dengan cara diplomasi lembut tapi lugas, maka layak mendapatkan apresiasi juga. Ingat, kita harus menentang siapapun (catat! Siapapun) yang menyebut Gus Yahya sebagai antek Zionis dan sebutan keji lainnya yang berasal dari para Wahabi, Aswaja rasa Wahabi, ataupun Syi’ah yang kecewa.
Pun secara garis khusus, himbauan ini ditujukan kepada kawan-kawan Syi’ah yang tampaknya kecewa sangat berat, kalau takfiri memang sudah kayak gitu jalan pikirannya dari zaman dahulu hingga sekarang. Kalau mengkritik dan tidak terima, silahkan mengkritik dengan argument yang rasional, jangan dengan cacian kampungan ala Wahabi Takfiri.
Semua harus menyadari bahwa kawan-kawan NU tidak dibesarkan dalam kultur kalian yang mengangkat dan memuja perjuangan bersenjata terhadap Israel yang sebagaimana dilakukan oleh Iran, Hizbullah, Suriah dan Muqawwamah Palestina yang tanpa kompromi dan mengikuti isu-isu Geopolitik Internasional sebagaimana yang dihidupkan para Marja’ di Iran sehingga mereka teguh dalam program boycott, divestment dan santion. Kawan-kawan NU dibesarkan dalam budaya yang berbeda, tata krama bakti pada kyai, moderat, mediator dan diplomatis didalam memandang konflik. Berjalanlah didalam jejak mereka, maka anda akan memahami sikap mereka.
Perlu diingat, sikap berbeda yang lebih kompromistis bukan berarti menggambarkan bahwa NU tidak memandang Israel sebagai musuh atau penindas. Kyai Said Aqil Siradj didalam video klarifikasinya menyatakan dengan tegas bahwa Israel adalah penindas dan NU akan selamanya berdiri Bersama Palestina menentang penindasan ini. Jangan lupa juga, ditengah sikapmoderatnya, NU pernah mengeluarkan resolusi jihad pada 22 Oktober 1945 bahwa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan melawan kembalinya kekuatan kolonial adalah “Perang Suci”.
Mungkin ada yang bertanya kenapa resolusi jihad Palestina atas Israel kok tidak NU dukung sebagaimana resolusi jihad 1945? Ya, biarkan kawan-kawan internal NU kita sendiri yang menjawab. Tapi sadari, bahwa Indonesia bukanlah Suriah dan Palestina yang sejak perang Arab-Israel 1948, 1967, Yom Kippur 1973 bahkan hingga hari ini masih terlibat perang fisik dengan Israel setelah sekian banyak langkah diplomasi yang berakhir pengkhianatan. Mungkin NU baru memulai langkah ini, mari kita hargai. Saya yakin akan tiba saatnya bagaimana Israel memperlihatkan karakter asli mereka. Sebagaimana Nabi Musa as dan Harun as yang diutus untuk mendakwahi Fir'aun secara lembut di awal, tapi berakhir dengan menyeru Bani Israil untuk tegas di akhir, itu juga yang akan dilakukan NU suatu saat pada Israel.
Yang perlu kita counter sekarang adalah bagaimana menghadapi para Takfiri yang mempolitisir isu ini untuk menyerang NU dan Pemerintah. Sebenarnya mengcounter mereka itu sangat gampang, suruh saja mereka bandingkan antara kunjungan sekali Gus Yahya dengan Turki Erdogan idola mereka yang berkali-kali mengunjungi Israel, membuka hubungan diplomatik dengan Israel (Israel punya Kedubes di Turki dan Turki punya Kedubes di Israel), dan Turki juga menjadi 10 besar mitra bisnis Ekspor-Impor dengan Israel (termasuk bahan bakar Jet Tempur yang membombardir warga Gaza dibeli dari Turki). Atau putra mahkota Saudi Muhammad bin Salman yang pada Maret lalu menemui pemimpin Komunitas sayap kanan Yahudi Zionis di New York yang membiayai perluasan pemukiman ilegal Israel di Palestina.
Tidak proporsional itu adalah ketika menghina seorang tokoh NU karena sebuah kunjungan ke Israel, sementara para idola mereka sendiri sudah tidur seranjang dengan Israel dan menghasilkan anak-anak haram bernama Jabhat Nushrah, FSA dan ISIS yang mengacau di Suriah untuk menggulingkan satu-satunya Pemerintahan Arab yang tak bersedia menandatangani perjanjian damai dengan Israel.
Di kalimat-kalimat diatas, sebenarnya saya ingin menegaskan bahwa sikap NU jelas terhadap Israel. Sikap NU dan Indonesia tidak membuka pipa diplomatik terhadap Israel menunjukkan komitmen dan sikap tegas NKRI dan NU, bahwa penjajahan Israel terhadap Palestina, sampai kapanpun tidak bisa diterima, harus ditolak, dan merupakan musuh bagi perdamaian internasional.
Penutup. Zionisme bukanlah ajaran Yahudi (Judaism). Rasulullah SAW duduk bersama Yahudi, menyuapi Yahudi buta yang miskin, berdiri untuk menghormati jenazah Yahudi yang lewat, dan hidup bertetangga dengan mereka dengan baik. Islam mengajarkan toleransi dan "Rahmah" pada mereka yang berbeda agama, suku, dan ras. Itu yang dilakukan Rasulullah pada para Yahudi Madinah. Namun menghadapi Zionis bukanlah menghadapi perbedaan agama, suku, dan ras, tapi menghadapi para penjajah, penindas, perampok, dan pembunuh yang selama 70 tahun berlumuran darah manusia, muslim maupun non-muslim.
Kelompok Yahudi Ultra Ortodoks Neturei Karta, para Yahudi Anti-Zionis dan Pro-Palestina. Mereka adalah para Yahudi asli keturunan Bani Levi, salah satu anak dari Nabi Ya'qub as. Komunitas mereka berdiri di Jerusalem Palestina pada 1938, jauh sebelum Israel ada. Mereka Yahudi asli sampai ke DNA tapi tidak sudi menjadi bagian ideologi Zionisme yang mencatut ajaran mereka. Bagi mereka Israel bukanlah negara Yahudi, melainkan negara Zionis yang berdiri dengan merampas tanah Palestina. Banyak dokumentasi yang memperlihatkan bagaimana mereka mengajarkan anak-anak mereka sedari kecil untuk membenci Zionisme dan membakar bendera Israel.
Terminologi "Rahmah" dan pesan "Rekonsiliasi Perdamaian Sejati" antara Yahudi dan Islam sepatutnya ditujukan untuk mereka, bukan pada para Zionis.
Salam,
Bahru Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan sebagian adalah hak properti Ahmed Zain, saya hanya mengembangkan beberapa substansi saja
Komentar
Posting Komentar