Membaca Arah Keekonomian Indonesia Dari Candela Dan Kacamata Keuangan
Yang saya pelajari sebagai refleksi belajar adalah kita harus
melihat keatas untuk dijadikan itu sebagai motivasi serta bahan bakar optimisme, dan jangan sekali-kali
rendah diri, kita harus melihat kebawah untuk mensyukuri dan belajar bersyukur,
bukan menjadi sombong dan tuli saran dan nasehat.
Kita butuh pandangan terhadap ekonomi Indonesia, apalagi
terkait tantangan, prospek, arah kebijakan kedepan, dan tentunya gambaran kondisi
saat ini. Dan saya memandang bahwa prospek ekonomi Indonesia saat ini semakin membaik
dengan pertumbuhan yang semakin tinggi. Plus, stabilitas juga terjaga.
Dasarnya apa? Dasarnya adalah isi laporan berdasarkan data
yang diulas BI/Bank Indonesia di PTBI/Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada
Selasa tanggal 27 November 2018, bahwa: (a) forecast/ramalan
pertumbuhan Indonesia tahun 2019 esok adalah “tetap meningkat hingga mencapai
di kisaran 5,0%-5,4%”, (b) angka inflasi akan tetap terkendali di kisaran angka
3,5% persenan, dengan terjaganya tekanan harga dari sisi : (1) demand pasar, (2) administered prices dan volatile
foods, (c) stabilitas nilai tukar rupiah, (c) defisit transaksi berjalan
2019 akan turun menjadi kisaran 2,5% dari PDB “dengan langkah2 pengendalian
impor” dan peningkatan ekspor serta pariwisata, (d) intermediasi perbankan dan
pembiayaan ekonomi pasar modal akan terus meningkat, (e) sedangkan pertumbuhan kredit
2019 diramalkan di kisaran 10-12%, (f) untuk pertumbuhan DPK perbankan mencapai
8-10% dg keterangan “kecukupan likuiditas” yang terjaga.
Untuk proyeksi ramalan yang bersifat jangka agak panjangan,
yaitu 2024 yakni: “akan lebih tinggi di kisaran 5,5%-6,1%”, sedangkan defisit
transaksi berjalan akan menurun dikisaran bawah 2% dari PDB.
Kita harus mengapresiasi apa saja yang sudah dilakukan
pemerintah saat ini dong. Karena faktanya kontribusi pemerintahan saat ini
sungguh sangat luar biasa dan berpengaruh terhadap pandangan2 keekonomian2 kita
Indonesia kedepan. Dan langkah itu harus diapresiasi. Terlebih urusan
stabilitas nilai mata uang/ nilai tukar rupiah dibandingkan dollar. Kebijakan BI
dan Kementrian Keuangan tidak hanya dipandang “menunjukkan ketegasan” tetapi
juga “mampu membawa persepsi positif terhadap para pelaku pasar.”
Terlihat sekali determinasinya didalam “membentengi fundamental
dan rupiah kita.” Langkah ini menunjukkan bahwa BI dan Kementrian Keuangan “masih
punya taring” didalam laju jalur control stabilitas keekonomian. Bahkan performa
ini sempat membahwa Indonesia menduduki nilau mata uang terkuat se-Asia
ditengah kondisi ekonomi dunia yang tidak pasti.
Memang sekarang, kemana arah kebijakan ekonomi Indonesia
khususnya di tahun 2019 besok? Arahnya yakni pada 7 area kebijakan yang akan
ditempuh. Antara lain sbb: (a) kebijakan moneter, kebijakan moneter akan tetap
difokuskan pada stabilitas, khususnya pengendalian inflasi sesuai sasaran 3,5%
persenan, dan stabiiltas nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya, (b)
kebijakan makroprudensial, kebijakan makroprudensial yang akomodatif akan
ditempuh demi mendorong intermediasi perbankan dalam pembiayaan ekonomi,
termasuk menjaga ketahanan sistem keekonomian, (c) kebijakan sistem pembayaran,
kebijakan ini harus disupport demi kelancaran, efisiensi, dan percepatan
keuangan digital, (d) akselerasi dan pengefektivitasan pasar keuangan, ini untuk
mendukung inovasi instrument pembiayaan demi pembangunan infrastruktur
Indonesia kedepan, (e) pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, ini harus
dikembangkan entah melalui program2 bank Indonesia ataupun program Komite
Nasional Keuangan Syariah (KNKS), (f) perluasan pengembangan UMKM, dengan cara
memfokuskan pengendalian inflasi dan penurunan defisit transaksi berjalan, (g)
kebijakan internasional, kebijakan ini harus diarahkan “untuk memperkuat
persepsi positif pada Indonesia” terhadap lembaga2 internasional di dalam dan luar
negeri.
Kunci dari teknis penjelasan keuangan diatas adalah tiga hal,
yaitu: (a) sinergitas internal, (b) kolaborasi internal-eksternal, (c) dan menjaga momentum global.
Mari kita jaga sinergitas, kolaborasi, dan momentum global untuk membawa pertubuhan Indonesia menjadi semakin baik dan unggul.
Mari kita jaga sinergitas, kolaborasi, dan momentum global untuk membawa pertubuhan Indonesia menjadi semakin baik dan unggul.
Salam,
Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!
Komentar
Posting Komentar