Penguatan Koperasi Milenial Terhadap Pelaku Industri Kreatif Generasi Milenial Berbasis Keistimewaan


Saya melihat, Pemuda sebagai generasi penerus harus mempersiapkan dan dipersiapkan diri dengan baik. Kalau ingin membangun masa depan gemilang, bangun generasi mudanya. Anak muda jangan cuma dijadikan followers, harus diasah menjadi pemimpin. Karena yang muda harus punya idealisme tinggi yang teruji.

Didalam konteks koperasi, kita perlu peran pemuda (generasi milenial) untuk muncul di barisan terdepan. Agar kita tidak terlambat-terlambat banget lah membangun sumber daya manusia berkualitas di masa yang akan datang. Dengan meletakkan koperasi sebagai basis berpikir ekonomi, kita berharap yang eksis kedepan tidak seperti praktik-praktik yang ada saat ini yang cenderung dikuasai oleh investor. Makanya memang benar harus mulai ditinggikan intensitas partisipatif pemuda didalam kaitannya koperasi milenial dan industri kreatif berbasis generasi milenial. Koperasi harus dimotori anak-anak muda milenial dan harus mengambil posisi strategis di perkembangan industri 4,0 yang sudah mau merambah ke persaingan industri 5,0.

Kita punya segudang masalah. Salah satunya, terkurungnya kita didalam tema-tema kreatif yang muncul didalam diskusi, tapi kering terhadap implementasi. Oleh karena itu, sekarang kita harus ada gebrakan nyata. Hasil kerja harus jelas, jangan hanya wacana. Untuk ide, saya melihat banyak sekali ya tema-tema kreatif yang bisa kita munculkan sehingga punya nilai keistimewaan. Contoh, Desa Kewirausahaan, Desa Tenaga Surya Terbarukan, Desa Tanggap Bencana, Desa Batik, Desa Digital Teknologi, dll. Waktunya kita bisa memperbanyak contoh-contoh Desa Keistimewaan yang "kongkrit". Ini kedepan akan jadi cikal bakal budaya dengan dasar pengembangan koperasi.

Koperasi harus jelas mau dibawa kemana. Harus jelas target yang terukur, potensi dan peluangnya harus terpetakan dengan baik. Masalah kita banyak, jangan sampai jumlah koperasi banyak, tapi anggotanya sedikit. Mending, jumlah koperasinya sedikit tapi anggotanya banyak. Jangan sampai antara yang direncanakan dengan aksi realisasi dan kelakuan beda.

Secara potensi, sebenarnya kalau berbasis keistimewaan masih banyak yang bisa kita lakukan. Yang penting koperasi harus jadi tujuan utama menggerakkan ekonomi Jogja. Ini penting karena keistimewaan harus bisa diklik-an dengan tujuan kesejahteraan. Bentuk formatnya bagaimana? Inilah yang menjadi PR bersama. Kita harus bisa membangun konsep dengan metodologi koperasi, agar bisa jadi raw model untuk sebuah pemikiran yang arahnya ke pilot project. Manfaatnya apa? Manfaatnya tidak untuk kepentingan pribadi, yakni jadi kedepan kita punya semacam benchmark untuk direalisasikan oleh koperasi-koperasi lainnya di seluruh Yogyakarta dan Indonesia. Tujuannya apa? Memakmurkan masyarakat. Pelakunya siapa? Koperasi. Kegiatannya apa? Sosialisasi dan pembentukan sistem.

Dalam kondisi sekarang, saya kok melihat sudah sangat mendesak dibuat solusi keistimewaan dari sudut dan peran koperasi milenial dan industri kreatif berbasis milenial. Kenapa? Karena kita perlu meletakkan kembali koperasi benar-benar bisa menjadi Soko Guru Ekonomi Yogyakarta dan Indonesia. Peletakan generasi milenial diujung tombak perjuangan dan yang sepuh waktunya mendukung dari belakang saja. Ini jalan jelas wujud implementasi Pancasila melalui ekonomi, yaitu ekonomi koperasi. Oh ya, tentang kriteria koperasi istimewa itu yang bagaimana? itu semuanya harus mengikuti prinsip koperasi yang tujuh. Pesannya, jangan mudah bikin koperasi baru, tapi masukkan anak-anak muda milenial di koperasi yang sudah dibentuk, dorong mereka menjadi pemimpin di koperasi tsb. Ini penting agar koperasi tidak berjalan dari titik nol. Kendala kelambatan? Yaa harus pintar memilih ketua atau manajer yang punya feeling bisnis yang jitu, agar mengambil keputusan tidak usah rapat anggota, fokus bisnisnya jalan dulu baru diadakan rapat anggota.

Poin lainnya yang perlu diisi adalah "membangun solidaritas kolektif". Caranya? Menggunakan pendekatan kesadaran. Sebagaimana yang dipidatokan Hermawan Kartajaya di Hotel Ambarukmo Palace yang lalu yang juga dihadiri Raja Ubud Bali, Tjokorda Gde A.A Sukawati. Dijelaskan bahwa prinsip kesadaran kolektif dengan prinsip filosofis nyawiji, greget, sengguh, ora mingkuh harus memiliki tujuan mulia dan bisa diterapkan di berbagai segi sendi kehidupan. Filosofis diatas memiliki makna moral konsentrasi, semangat, percaya diri, rendah hati dan bertanggung jawab. Dengan prinsip ini diharapkan ada karya yang implementatif yang mampu disuguhkan menjadi media pembelajaran masyarakat. Karya implementatif ini di masyarakat jelas akan membantu tugas Pemda DIY dalam menterjemahkan makna "Keistimewaan DIY" menjadi lebih dalam dan kongkrit.

Kita harus sayuk rukun saiyeg saeka praya, kita harus rukun bersama-sama satu tujuan. Harus membangun semangat gotong royong membangun masa depan unggul, profesional, dan jitu untuk penerus negeri.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembohong Jangan Diberi Ruang Publik

Quo Vadis PPN 12%

Shadow Boxing Politik Jokowi