Kekeliruan Data Pangan Picu Kemelesetan Alokasi Subsidi

Foto Fauzi Bahroel.

Kita perlu menyelesaikan perbaikan perhitungan luas panen dan produksi pangan nasional. Ketidaksinkronan data, dapat memicu gejolak sekaligus membuka potensi kekeliruan dalam perhitungan alokasi anggaran subsidi untuk petani. 

Selain metode perhitungan produksi, perbaikan juga perlu ditempuh terkait dengan data lahan. Khususnya di pulau jawa, pertumbuhan penduduk dan industry mempercepat alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan nonpertanian. 

Luas lahan cenderung tetap, padahal banyak yang sudah beralih fungsi. Dampaknya ke total luas dan angka produksi yang tetap tinggi, bahkan berpotensi kelebihan estimasi. Ini jelas ada ketidaktepatan perhitungan luas panen dan produksi pangan. 

Data hasil uji perhitungan luas panen BPS dan metode KSA sampel Indramayu dan Garut menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan angka. Panen di Indramayu mencapai luas 183.000 hektar, lebih rendah daripada perhitungan berdasarkan statistic pertanian padi (SP-Padi), 201.200 hektar.

Ini perlu pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan akurasi. Perkembangna teknologi memungkinkan perhitungan luas lahan, panen bahkan perkembangan tanaman dapat tercapai secara baik. 

Jelas akurasi dan produksi pangan menuai masalah. Kalangan UMKM peternak unggas mengeluhkan tingginya harga jagung yang tidak sejalan dengan data produksi yang disampaikan oleh pemerintah, 23,5 juta ton di tahun yang lalu. Harusnya jagung surplus karena hanya 19 juta ton setahun. Faktanya, harga jagung malah melambung membuat petani kalang kabut. 

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?