Menghentikan Kecanduan Utang

Foto Muhammad Faisal Lathief.

Utang kita (pemerintah) Indonesia ini, hingga akhir bulan Juli 2017 ini adalah Rp 3.779,98 triliun. Jumlah utang ini terdiri dari 80,6% SBN (surat berharga negara) atau Rp 3.045 triliun dan pinjaman sebesar 19,4% atau Rp 734,98 triliun.

Utang bisa menjadi solusi, tapi ingat, utang bisa juga menjadi bencana nasional. Makanya, utang harus diawasi oleh semua pihak. Jika utang ini diawasi, pertumbuhan utang akan terkontrol dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipantau. Jangan kecanduan utang (jika diawasi, Indonesia tak akan kecanduan utang).

Bebas dari utang bukanlah hal yang mustahil bagi kita, Indonesia. Kita bebas dari utang?? Bisa sekali lah. Caranya?? Pendapatan negara harus lebih besar dibandingkan belanja negara kita.

Yang perlu kita perhatikan, Indonesia saat ini masih menganut kebijakan ekspansif, yakni belanja atau pengeluaran yang lebih besar dibandingkan penerimaan negara. Ekspansif karena belanja infrastruktur yang tinggi. Akibatnya apa?? Akibatnya terjadi defisit fiskal yang harus dibiayai dari utang tsb.

Makanya, kalau ada yang tanya. Kapan kita (Indonesia) berhenti pinjam/ngutang? Kita akan berhenti ngutang kalau pendapatan kita lebih besar dibandingkan belanja kita.

Bagaimana menghentikan kecanduan utang?? Yaa..yang jelas, kita harus bisa meningkatkan pendapatan perkapita, saat pendapatan perkapita masyarakat tinggi, maka kita sudah tidak butuh lagi utang luar negeri.

Disamping hal tsb, pemerintah jelas harus juga memperbaiki rasio pajak (tax ratio) kita untuk meningkatkan penerimaan/pendapatan. Tax ratio sebagai indikator jumlah pembayar pajak masih tergolong rendah di kisaran 11%-nan. Yaa..memang pahit (kita sebagai rakyat kecil), peluang terbaik meningkatkan penerimaan adalah optimalisasi penerimaan pajak, retribusi, dan pendapatan lainnya dari BUMN produktif kita.

PR substansial kita saat ini adalah "apakah utang luar negeri kita saat ini adalah modal atau perangkap?"

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan ini dilindungi hak cipta!

Komentar

  1. Karena hutang yg dilakukan.pemerintahan Jokowi adalah hutang utk hal hal yg produktif. Maka saya masih optimis bahwa hutang tersebut adalah moda bukan perangkap

    BalasHapus
  2. Membangun infrastruktur penting. Tapi harus dengan perhitungan keuangan yang cermat. Visioner penting, tapi harus rasional. Semoga modal dan tidak terperangkap.

    BalasHapus
  3. Membangun infrastruktur penting. Tapi harus dengan perhitungan keuangan yang cermat. Visioner penting, tapi harus rasional. Semoga modal dan tidak terperangkap.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?