Menulis di kala santai ya kebetulan ada roti dan teh hangat bikin moody untuk klik-klik nulis. Kebetulan ini hanya tulisan level daerah untuk mengisi waktu senggang. Ini menjadi penting manakala saya menjadi obyek-nya sehingga perlu belajar pola-pola berbahaya semacam ini agar tidak terulang, tegas katakan tidak, lebih waspada, dan cermat. Pada substansi ini k embali saya belajar tentang realitas olah puter-puter kata orang-orang Jawa, yang sentral pendidikan, sentral narasi, tapi sayang duh sayang jauh dari sentral aksi. Bungkus yang digunakan sosial budaya, namun tindakannya Politis. Semoga menjadi sebuah referensi belajar kita bersama. Manner karakter etnis kedaerahan yang positif perlu diambil, negatif merugikan orang lain segera dibuang jauh-jauh. Sehingga tidak bersembunyi dari kata-kata tanpa aksi. Agar relevan dengan pembelajaran hari ini, saya buat klue pembuka sebagai berikut: "Seng jenenge alas iku ombo, opo meneh dhobos kui luweh ombo meneh, sak dulur karo jarkoni
Saya setuju, usia terlalu ringkas dilewatkan tanpa melakukan perubahan. Seorang pemimpin itu menumbuhkan diri, memberikan contoh konkret, berkapasitas mensejahterakan umat, tidak takut dengan kompetisi, paham the art of war book of strategy, tetap jernih dengan berpihak kepada yang kecil, dan tidak mudah menyerah dengan kemunafikan. Membangun keadilan harus obyektif, jangan mempertemukan hukum dengan transaksi sehingga hukum hanya tegak kepada yang bayar (industri hukum). Itulah penting tegasnya keberpihakan. Ada pepatah China yang mengatakan bahwa "segala sesuatu akan menuju ke kebalikannya jika telah mencapai titik ekstrim, segala sesuatu yang berkembang sampai puncaknya pasti berbalik ke arah lawannya". Masyarakat kita sangat heterogen dengan negara kepulauan yang sangatlah luas. Kita membutuhkan pemimpin masa depan dengan jangkauan pikir, pengetahuan, keilmuan, aspek keagamaan, tradisi, budaya, kebangsaan dan aspek karya internasional lainnya yang komprehensif. Apakah
Dalam ranah NU, kita jangan sampai terjebak situasi karena kebanyakan menyesali peluang yang tidak kita ambil. Keinginan untuk kokoh secara kualitas sumber daya manusia, pendidikan, dan sosial ekonomi perlu dilandasi dengan tekad bulat, karya nyata, dan keberanian. Saya melihat, bonus demografi hari ini perlu dimanfaatkan optimal dengan pembangunan kualitas SDM NU sebagai prioritas. Kolaborasi pemimpin antar bidang, lembaga, banom, bahkan sinergi lembaga internal eksternal perlu dibangun menyambut Target NU dan Santri Emas 2030 dan 2045. Nama Partai Jumlah Populasi Nahdliyin Populasi Non-Nahdliyin Jumlah Populasi Pemilih Partai PKB 90,60% 9,40% 100% PDIP 59,20% 40,80% 100% NASDEM 55,80% 44,20% 100% PPP 79,50% 20,50% 100% GOLKAR 37,40% 62,60% 100% DEMOKRAT 52,00% 48,00% 100% PKS 11,70% 88,30% 100% PAN 5,10% 94,90% 100% GERINDRA 52,00% 48,00% 100% Panasnya aura 2024 dan terpecahnya tidak terkristalisasinya suara pemilih NU pada satu Parpol besutan NU, membuat saya tertarik pada inves
Komentar
Posting Komentar