Facebook Memperparah Sara Dan Instabilisasi Cara Berpikir Sehat Masyarakat


Saya melihat media facebook bukan sebagai media yang sehat untuk bersosial. Media facebook saya melihat trend polanya bukan lebih ke kecerdasan literasi, melainkan lebih kepada nyinyir dengan argumen rendah dan cenderung menyerang personal. Saya menyadari bahwa simptom kesesatan berpikir adalah gejala awal, penyakit sesungguhnya adalah berkurangnya keinginan kita dan seseorang tsb untuk mencari bukti, mempertanyakannya sesuatu tsb secara mendalam dan mulai berpikir kritis. Hanya saja, pengaruh variable moderator lingkungan juga sangat dominan berpengaruh disini. Lingkungan facebook yang cenderung kooptasi dan gepyok uyah terhadap apapun informasi membuat semua orang termotivasi untuk nyinyir, bukan berusaha berpikir kritis, mencari bukti, mempertanyakan itu secara mendalam, dan membalas dengan literasi utuh yang baik dan berbobot. Jelas ini sebuah koreksi mendasar dari cara dan budaya berpikir kritis.

Didalam prinsip saya, kalau hanya seseorang itu mau bergerak karena pekerjaan (termasuk disini pekerjaan tukang nyinyir) itu disukainya, maka kedewasaaanya itu masih setingkat bayi, kedewasaan seharusnya ditandai dengan kemauan melakukan hal yang benar, seberat apapun setidak enak apapun itu, asalkan bermanfaat bagi masyarakat. Begitu juga didalam melahirkan kultur berbicara di facebook dan kultur mengabdi kepada masyarakat, janganlah dicampur-campur dengan isu sara yang mudah memecah belah, dan budaya nyinyir tinggi, tidak ada mindset, cara berpikir orientasi berpikir kritis, mencari bukti, mempertanyakan itu secara mendalam, terbuka, tidak kuping panasan, dan lain sebagainya sejenisn itu yang positif.

Kita harus mengatasi ketertinggalan budaya berpikir kritis kita. Kita harus membangun budaya moderat yang visioner yang futuristik yang penuh dengan inovasi dan gambar baru dan bisa membangun nilai tambah masa depan kedepannya. Dan yang terpenting memikirkan dan menyiapkan generasi muda pengganti kita menjadi leader yang lebih siap, cerdas, inovatif, dewasa dan matang. Karena bagi saya berbudaya dengan mindset cara berpikir orientasi berpikir kritis, mencari bukti, mempertanyakan itu secara mendalam ini adalah bagian membangun peradaban baru yang terbaik (best dream civil society). Pembangunan sektor berpikir harus dimulai dari budaya positif dan cenderung optimis sekarang.

Tujuan ini apa? Tujuan ini adalah untuk mencapai level kematangan (mature) yang sesungguhnya. Berbeda kelas tentu saat kita hanya berbicara pintar dan dewasa. Bagi saya, pintar itu masih bisa goyah, pun dengan dewasa, dewasa juga bisa goyah karena kadang di masa-masa tertentu seseorang atau organisasi bisa bersikap tidak dewasa. Namun kalau kita bicara didalam ranah dan level kematangan, ini berbeda. 

Kematangan secara teruji ia konsisten, ia komit berjalan pada jalurnya, apapun konsekuensinya. Makanya, saya dulu pernah ngomong kepandaian kecerdasan itu belum segalanya, kecerdasan dan kepandaian itu masih tergantung dengan kematangan jiwa seseorang tsb. Ketika kematangan jiwa seseorang atau organisasi atau negara tsb guncang, maka kecerdasan kepandaian (intelektualitas) seseorang, organisasi, perusahaan tsb pun ikut goncang. Jadi, intelektualitas itu bisa goncang bila terjadi instabilitas dan kematangan rohani. Seorang bapak-bapak yang profesor dan doktor yang tentu kepintarannya tidak diragukan lagi. Tapi saat bapak-bapak tsb pulang ke rumah dan tiba-tiba dimarah habis-habisan karena sebab ttt oleh istrinya. Itu saya yakin bisa goblok mendadak kok, intelektualitas tiba-tiba hilang, emosionalnnyalah yang naik. Substansinya: intelektualitas itu sering goncang bila terjadi instabilitas dan kematangan ruhaniyah. Begitu juga dengan facebook, yang nyinyir tok dan tidak ada kematangan.

Bila budaya berusaha berpikir kritis, mencari bukti, dan mempertanyakan itu secara mendalam tidak diindahkan, maka point analysis dan catatan ini hanyalah menjadi mitos pembangunan manusia saja. 

Oh iya, ingat ya...masa depan kepemimpinan kita di anak muda, bila investasi manajemen cara berusaha berpikir kritis, mencari bukti, dan mempertanyakan itu secara mendalam rendah kepada mereka, maka akan kemana masa depan kita dan inovasi-inovasi mendatang?

Semoga ini bisa menjadi self reflection, sehingga wisdom dan kematangan (mature) bisa melahirkan insan-insan dengan bentuk-bentuk pengetahuan yang luas (learned), mempunyai kecerdasan (smartness), punya akal sehat (good common sense), punya tilikan yang bagus (insight), punya sikap hati-hati yang baik (prudent), punya pemahaman terhadap kebenaran yang baik, punya kemampuan mencerna yang baik (ability to digest), dan punya penalaran moral yang baik (good moral reasoning). Aminn amiin ya robbal alamin..

Dan, Indonesia punya wajah-wajah cerah dan baru tentang pembangunan anak-anak muda yang baik dan berprestasi.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?