Hantu Politik Dan Pentingnya Menjaga Arah Kompas Pembangunan


Ada beberapa substansi kritis yang saya garis bawahi disini, yaitu wacana-wacana politik, hantu politik, transaksional, pentingnya menjaga arah kompas pembangunan, dan matinya jiwa sosial.

Catatan masa lalu menunjukkan bahwa dua dekade terjadi transisi demokrasi dari Orde Baru ke era Reformasi di Indonesia. Berjalannya waktu, kita harus mengakui secara prosedural sistem demokrasi saat ini jauh lebih baik dibandingkan era sebelumnya. Cuma, disini masih ada masalahnya. Bahwa kenyataan menunjukkan demokrasi kita masih pada tahap demokrasi prosedural. Oleh karena itu, catatannya adalah jangan sampai cara-cara prosedural yang kaku itu menjadi cara-cara premitif seperti masa lalu. 

Komitmen dan pembangunan manusia penting bahkan sangat penting untuk dilakukan, untuk menjaga integritas dan membuat 'saringan' yang bagus demi meminimalisir munculnya para pemimpin hantu. 

Daniel S. Lev, Indonesianis asal Amerika Serikat menyatakan bahwa kalau orang baik-baik tidak mau masuk politik maka siaplah dipimpin oleh hantu. Politik hantu adalah mereka-mereka yang tidak jelas rekam jejaknya. Politik hantu dan pemimpin hantu adalah simbol keterbelakangan mental.

Melihat saat ini pola-polanya akan muncul pemimpin-pemimpin hantu. Oleh karena itu, harus ada yang menjaga keseimbangan. Harus ada tim dan pihak-pihak yang mau menjaga keseimbangan. 

Budaya politik ibarat budaya pasar, segala jenis manusia dan barang-barang ada di dalamnya. Kita harus punya formula dengan manajemen pembangunan manusia dan orang yang baik dengan track record yang baik untuk menatap dan membangun masa depan yang lebih jelas, cerdas, jernih, dan terarah.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?