Kritik Publik: Kondisinya Adalah Kebijakan Justru Melemahkan Daya Saing
Kita dan teman-teman para pengusaha memang membutuhkan insentif dari pemerintah, tapi ya jangan malah membuat kebijakan dan sejumlah kebijakan yang malah justru membuat iklim usaha menjadi tidak kondusif. Contohnya peternak sapi dan kerbau. Sepanjang tahun 2017 sejumlah kebijakan pemerintah tentang sapi dan kerbau justru membuat usaha ini tidak kondusif dan tercekik.
Data dari Pusat
Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) tahun 2017 menyebutkan
bahwa iklim usaha ternak sapi dan kerbau tidak sekondusif seperti tahun lalu
(2016). Kebijakan saat ini mungkin maksudnya bagus, tapi malah salah kaprah
implikasinya. Diputuskan menekan harga sapi sebesar Rp 80.000 per-kg, skenario pemerintah
yaitu: membuka impor jeroan dan daging kerbau beku dari negara India yang
ternyata malah belum bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK).
Skenario ini
alih-alih menekan harga daging dalam negeri, malah pasar daging sapi lokal
tergerus daging beku impor, mengakibatkan permintaan pasar daging sapi di rumah
pemotongan hewan menjadi anjlok, lalu merembet pada harga jual sapi hidup di
peternak tidak maksimal, sementara harga daging sapi dan kerbau di pasaran
belum juga sesuai seperti harapan pemerintah. Sesuai harapan pemerintah saja
belum terjadi, apalagi sesuai harapan peternak kecil.
Saya melihat, ini harus
ada evaluasi dan tindakan cepat as soon as posible, sehingga tidak mematikan
motivasi para peternak, solusi harus mendukung atau berorientasi pada
peningkatan produksi, produktivitas, dan kesejahteraan secara ekonomi bagi para
peternak sapi kerbau, bukan malah menurunkan harga komoditasnya. Dan ingat, untuk
membuat kebijakan tandingannya di masa yang akan datang harus mempertimbangkan
kesesuaiannya. Harus jelas integrasinya, jangan sampai melemahkan daya saing
dan malah bertolak belakang dengan perkembangan teknologi saat ini (karena masa
depan akan dominan dipegang oleh digital dan technologi).
Harus ada alternatif
harga! Penetapan harga acuan daging beku dimaksudkan untuk mengendalikan harga.
Impor ditempuh untuk memenuhi kebutuhan daging yang belum bisa dicukupi dari
dalam negeri, bukan malah mematikan dalam negeri, sehingga harus ada alternatif
harga yang jelas.
Salam,
Bahrul Fauzi
Rosyidi,
Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi
hak cipta!
Komentar
Posting Komentar