Negarawan Dan Politisi Berhati Nurani


Syarat negarawan bagi saya adalah dibutuhkannya independensi. Itu bagi saya mutlak sudah, agar tidak mudah disetir orang agar tidak mudah dikompromi orang. Tujuannya, saat kita memutuskan segala sesuatu didalam kepemimpinan kita dan kebijakan kita, tidak ada embel-embel kepentingan (interest siapapun) disitu. Tidak ada yang meng-eret2 kita, clear sudah semuanya disitu (no conflict of interest dalam motif pribadi).

Kenapa harus seperti ini? Agar terbentuknya bangunan negara, konstitusional, pertahanan, dan penegakan hukum yang kokoh dan konsisten dari waktu ke waktu (long life and long lasting).

Apa itu negarawan? Dan siapa orang atau kapan seseorang tsb bisa disebut seorang negarawan? Menurut beberapa amatan kualitatif yang saya amati, disebut negarawan adalah pada saat pemimpin itu selalu mengedepankan kepentingan negara (bukan kepeningan/kepusingan negara demi mengambil keuntungan) diatas kepentingan pribadi, golongan, atau kelompok tertentu dan memikirkan hal tsb untuk diteruskan oleh generasi-generasi berikutnya secara jangka panjang. Jalur kognitif ini linier bila disimpulkan dengan seorang yang berkontestasi menjadi pemimpin yang tidak punya ambisi pribadi meraih kekuasaan, apalagi kekayaan semata, namun ia hanya benar-benar menggunakan sarana tsb demi memaksimalkan peran pengabdian masyarakat tanpa pamrih untuk menghadirkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Disamping hal tsb diatas, seorang negawaran dituntut ia punya moral yang jernih, berwawasan tinggi, konsistensi tinggi, punya persisten yang bagus, punya kemampuan berkomunikasi yang baik, punya jiwa yang besar yang lapang (jiwa legowo) untuk menerima segala kemungkinan baik atau buruk, mengedepankan hati dan kejernihan pikir, dan tidak pendendam.

Bagaimana dengan politisi kita saat ini? Apakah banyak jumlahnya yang negarawan ataukah hanya politikus semata yang banyak main rampas saja hak orang? Yaach, tentang jawaban ini, Anda jawab sendiri-sendiri saja lah. Banyak sudah kasus-kasus yang bersliweran di sekitaran kita saat ini.

Namun yang pasti adalah keadaan Indonesia kita saat ini masih banyak para politikus yang menggunakan aktivitas politiknya (ex: pemilu) yang sarat berita hoaks dan bernuansa diskriminatif. Artinya apa? Artinya adalah indikasi bahwa bangsa ini masih kekurangan banyak calon-calon pemimpin berkualitas negarawan masih luar biasa banyak. Misal, dalam kasus-kasus korupsi, banyak sekali eksekutif-eksekutif negara, menteri negara, pemimpin parpol, ketua DPR, ketua DPD, kepala daerah, dan lain sejenisnya yang terjerat korupsi. Ini adalah indikasi gamblang bahwa saat ini konstestasi politik kita gagal didalam menjaring para negarawan-negarawan yang memang sejati.

Kenapa saya berbicara seperti itu? Karena bagi saya, sikap seorang negawaran yang sejati itu adalah ia akan bermain fair, ia tidak akan mau ikut didalam kontestasi pemilu menggunakan cara-cara yang non-etik, jual beli suara, politik uang, menggunakan isu SARA sebagai bahan memutar balikkan keadaan dan pemecah belah, apalagi sampai korupsi.

Apakah ada dan bisa ditemukan para negarawan-negarawan zaman ini dengan ciri-ciri di penjelasan awal diatas? Pasti ada. Di era milenial ini apa yang tidak ada dan tidak mungkin. Semua ada. Teknologi dan internet bagi nenek moyang kita dulu saja dianggap mitos tahayyul, saat ini itu semua adalah sudah fakta. Sama juga dengan mencari seorang pemimpin, tidak ada yang tidak mungkin.

Sekarang tinggal kitanya saja, mau terus mencari, cukup dengan keadaan saat ini, egosentris, atau malah tidak sama sekali.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?