Antara Kedaulatan Ekonomi AS Dan Perang Dagang Global, Manakah Yang Benar?


Bila melihat yang dilakukan Trump untuk sektor ekonominya, saya teringat kata bijak Fidel Castro, yaitu: "Tanah Air atau Mati!" Bagus juga sih. Untuk ego pemimpin untuk kedaulatan negerinya. Tapi ya gitu, kayak-kayaknya bakal perang dagang yang bakal terjadi.

Hmm..bakal perang dagang nih! Inilah kata yang muncul saat Amerika Serikat melalui Trump menegaskan tentang kebijakan tarif impor baja 25% dan alumunium 10%. Jujur, secara sikap saya salut dengan apa yang Trump sedang lakukan pada Amerika terkait kebijakan baja di Amerika. Walaupun, imbas kebijakan ini, Asia dan Indonesia bakal yang kena imbas paling besar dari bergesernya pasar baja China dari Amerika ke Indonesia salah satunya. Dan ini ancaman terhadap daya saing dan kekalahan kompetisi perbajaan Indonesia di pasar domestik sendiri ataupun Asia Tenggara. Mengingat kinerja Krakatu Steel dan Krakatau Posco ya gitu-gitu saja.

Memang apa saja masalah muncul dan kontroversi yang diakibatkan keputusan Trump ini?

Yaitu sebagai berikut: (a) resiko atas pilihan Trump dikhawatirkan bakal membebani perkeonomian AS secara umum; (b) IMF mewanti-wanti bahwa resiko perang dagang bagi perekonomian global akan rawan sekali terjadi. Apalagi saat ini pertumbuhan ekonomi dunia sedang tertekan. Dalam kondisi ini, jelas kita dan semua orang/semua negara tidak ada yang diuntungkan. Karena perang dagang, isinya adalah hanya kenaikan tarif resiprokal, tidak ada pihak manapun yang akan diuntungkan, bahkan dalam hal ini tidak ada pihak yang menang; (c) Bahkan, terhadap sikap Trump ini, satu per-satu penasehat ekonominya mengundurkan diri. Salah satunya adalah Garry Cohn, kepala penasehat gedung putih dan mantan Presiden Bank Goldman Sachs. Cohn lebih memilih mundur dari jabatannya dibandingkan menuruti ambisi Trump yang katanya gila itu. Bahkan, beberapa detik setelah Cohn keluar gedung putih, Trump malah ngedumel "..many people waiting the job! banyak orang menginginkan jabatan itu". Atas hal ini, Trump blas tidak khawatir sedikit pun dengan kemunduran Cohn; (d) Alasan lainnya, Trump geram dengan daftar "kekalahan" perdagangan AS dari negara-negara lainnya. Defisit hingga 800 milyar dollar AS secara tahunan. Katanya ini adalah akibat kebodohan hasil kebijakan dan MoU perjanjian perdagangan presiden-presiden sebelumnya. Presiden2 sebelum ini harus bertanggung jawab atas kondisi lepasnya lapangan kerja, dan turunnya hingga hilangnya kemakmuran warga AS yang sudah terjadi tahunan; (e) Trump melihat, AS dianggap loyo di hampir semua perjanjian perdagangan dengan negara2 lain. Inilah bagi Trump yang dianggap sebagai peluang (advantages) bagi kawan dan lawan (negara2 lain) Amerika Serikat untuk menghadang dan menyumbat laju growth ekonomi AS; (f) Masalah lainnya diluar argumen Trump adalah, bahwa publik dan gedung putih melihat sikap Trump cenderung monopolist dan tidak mau tau dengan nasib orang lain atau negara2 lain; (g) Trump bersikukuh, bahwa perang dagang yang ia lakukan adalah suatu yang baik dan permainan ini mudah dimenangkan "Jika kita rugi 100 milyar dollar AS dengan negara ttt dan mereka tampak sumringah, jangan pernah mau lagi berdagang sama dia. Kita harus menang banyak. Kita harus menang! Saya pikir, permainan ini sungguhlah mudah"; (h) Bahkan, ekonom Quartz, Preeti Varathan ikut berkomentar "Jika Trump bersikeras meneruskan langkah-langkahnya dan akhirnya menjadi bibit-bibit perang dagang. Maka, saya yakin perang dagang akan memperburuk perekonomian secara global.

Jika kita melihat sleuruh daftar masalah tsb diatas. Lantas apa potensi keadaan ini saat ini?

Yaitu sebagai berikut: (a) Trump ingin mengakhiri posisi AS yang loyo ini; (b) Industri baja dan alumunium AS mati dan saatnya AS masuk ke ranah perubahan; (c) Baja dan alumunium sepertinya adalah 2 komoditas awal yang jadi bahan uji Trump atas skenario (game theory) perang dagang ini. Jika tarif impor atas 2 produk tsb deal diberlakukan, maka kemungkinan aturan serupa atas komoditas dan produk2 lainnya akan diberlakukan secepatnya oleh Trump. Untuk sebagai ingatan, bahwa sebelum Trump bikin masalah dengan kebijakan baja dan alumunium, sebelum ini Trump sudah merombak tarif masuk bagi produk mesin cuci dan panel surya agar AS lebih diuntungkan secara kebijakan dagang; (d) Trump bervisi, AS harus superior. Ambisi ini memang layak dalam sebuah perjuangan kedaulatan dalam negeri. Asalkan, kalimat yang sama jangan diberlakukan pada negara2 yang ingin dijajah AS dan dikonspirasi oleh AS demi keuntungan pribadinya; (e) Rencana kebijakan tarif Trump bagus bagi produsen kedua negara di AS. Karena harga produk domestik dengan produk luar negeri akan sama atau setara murahnya. Dan ini bakal jadi kabar buruk bagi siapapun yang butuh baja dan alumunium karena harganya bakal lebih murah akibat turunnya jumlah supply; (f) Baja sangat penting, baja digunakan untuk membuat mobil, kereta, hingga pesawat terbang. Pilar-pilar infrastruktur AS juga menggunakan baja, mulai dari jembatan hingga peralatan dari baja menjadi alat ekstraksi minyak dan gas AS, ini semua membutuhkan pipa tsb sebagai penyerap 6,5 juta pekerja di AS. Sementara menurut versi Moody's, industri baja AS sudah memperkerjakan sebanyak 140.000 orang di negara Paman Sam tsb; (g) data statistik AS menyebutkan, bahwa volume penyerapan impor baja dan alumunium ternyata adalah Texas, California, Illionis, Michigan, Lousiana, Pennsylvania, Ohio, dan New York yang notabene adalah negara-negara bagian besar di AS. Mereka setiap tahun mengimpor lebih dari 2 milyar dollar AS. Jumlah ini mencapai 60% dari total impor kedua komoditas itu secara tahunan.

Lalu jika kita sudah tahu mana saja kelemahannya dan potensi yang dimiliki AS saat ini. Lantas bagaimana solusinya ini? 

Solusinya menurut saya adalah sebagai berikut: (a) Sebaiknya AS menahan diri dan mengedepankan dialog. Dan meminta negara-negara mitra untuk tidak melakukan retailisasi produk-produk baja-baja dan alumuniumnya. Karena kondisi ini, mempertaruhkan ekonomi AS dan global; (b) Menghadapi harga baja yang lebih tinggi, konsumen baja memiliki tiga pilihan sulit, yaitu: (1) mereka menerima harga itu dengan konsekuensi memecat para pekerja; (2) mereka menerima harga itu dan terpaksa menurunkan margin keuntungan (profit) mereka; (3) mereka membebankan biaya itu kepada konsumen. Dan 3 pilihan strategi ini, tiga2nya sama-sama dapat membebani perekonomian dalam skala turunan turunannya; (c) Mungkin, untuk satu hal yang satu ini, bidang ekonomi. Mungkin Trump merasa background-nya adalah bsinis dan pengusaha kawakan. Sikapnya terhadap kebijakan ekonomi sangatlah jelas dan memang superior. Ini menunjukkan bahwa inilah sikap ia, dan inilah jalur negosiasinya dalam bidang bisnis yang tidak bisa dipandang remeh; (d) Keputusan kebijakan Trump tentang tarif impor 25% untuk baja dan 10% untuk alumunium yang dilakukan demi melindungi negaranya dan baja AS, memang tidak ada salahnya. Namun perlu dikaji multiplier effect-nya bagi AS, karena faktanya baik AS dan negara lain tidak ada yang dimenangkan didalam perang dagang ini. 

Kejelasan sikap, penting juga. Namun berpikir matang sangat juga diperlukan.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?