Kebenaran Absurd


Jika semua fakta mesti ditulis secara terbuka dan apa adanya. Saya yakin, dalam tempo tiga hari dunia ini sudah akan terbolak-balik. Mlunter-mlunter gak jelas. Terkocak-kacik gak beraturan kemana-mana. Karena faktanya, semua kebenaran itu adalah absurd.

Makanya saya dulu pernah bilang. Cara mendalami kebenaran tidak hanya melalui fakta yang kita lihat. Tapi dari derajat dimensi tingkatan kebenaran tsb yang juga tak terlihat oleh mata. Saat berhadapan dengan kebenaran, kita harus berhati-hati. Karena kadang kebenaran masih bersifat subyektif. Kebenaran masih bersifat tidak benar bagi beberapa orang lainnya. Kebenaran universal yang haqiqi bagi saya ada 3 tingkatan, yaitu apakah kebenaran saat ini kebenaran bagi diri saya sendiri (kebenaran bagi individu tsb), ataukah kebenaran bagi orang banyak, dan apakah itu kebenaran yang memang benar-benar sejati. Benarnya sendiri, kebenaran subyektif masing-masing orang dan kelompok. Benarnya orang banyak, ini kita elaborasi, kita cari sampai akhirnya menemukan konsensus, kesepakatan, aliansi, nasionalisme, demokrasi, reorgaisasi, restrukturisasi, merger, akuisisi, likuidasi dan strategi-strategi lain sebagainya. Tapi ingat ya, benarnya orang banyak tidak sama dengan benar yang sejati (benarnya orang banyak ≠ benar yang haqiqi). Benar yang haqiqi yang sejati itu sesuatu yang bersifat komprehensif, memiliki jangkauan cakrawalistik yang luas yang harus menempuh dan ditempuh kesana terus menerus, istiqomah dan yang jelas itu hubungannya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah Swt).

Karena saya yakin, kebenaran itu datangnya dari Allah Swt, manusia hanya dapat cipratannya sedikit dalam menafsirkannya.

Orang yang hanya mendengar suaranya sendiri (kebenaran sendiri), apa bedanya dengan orang tuli? Sikap kolot dan individualis jelas merugikan diri sendiri, bahkan cenderung minus kontribusi dan manfaat sosial.

Jadikan semangat berpikir harus memihak kepada kebenaran. Itu mutlak sudah!

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?