Era Inovasi, Teknologi, Kecerdasan Buatan Dan 'Mahadata'


Saya melihat kecerdasan buatan yang dibalut dalam inovasi, teknologi dan basis ‘mahadata’ tinggi yang outentik tidak kalah menarik dengan isu-isu vanas saat ini tentang politik dan peperangan wilayah otonomi internasional (perang dagang AS-China, pertemuan bersejarah Korut-Korsel, dan lain sejenis lainnya).

Walaupun dentuman perang ini terkesan tidak terdengar dibandingkan isu populer saat ini. Saya melihat perang inovasi, teknologi, basis data dan kecerdasan buatan sudah saling serang dan memanas antar negara satu dengan negara lainnya, antar perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, antar pengusaha satu dengan pengusaha lainnya. Cuma gak kelihatan aja. Di lingkungan internasional pun, seperti China, Jepang, Rusia, Amerika, Korea Selatan, India, dan Uni Eropa secara terstruktur dan tersistematis berlomba-lomba untuk lebih unggul didalam kompetisi artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) yang muaranya pada inovasi, teknologi dan basis data yang kuat. Karena memang, apapun hajat dan motif kita saat ini, jika dikolaborasi dengan teknologi, basis data, jaringan dan inovasi yang tepat maka pasti kita akan menang lebih dominan dan berpengaruh dibandingkan pesaing-pesaing lainnya.

Militer saya pikir perlu memperbaharui pertahanannya di bidang inovasi, teknologi, basis data dan kecerdasan buatan. Karena bau-baunya kedepan, banyak negara adidaya yang mulai menekan negara-negara kecil dengan tekanan militer dan politisnya. Saya melihat, penting kita harus mempersiapkan itu.

Kita harus punya machine learning untuk menguasai dunia. Entah itu untuk pengintai, perekam wajah, membentuk dan membaca algoritma, dan melakukan revaluasi untuk hitungan-hitungan akurat yang rumit. Kita butuh inovasi, teknologi, basis data dan kecerdasan buatan didalam teknologi persenjataan.

Secara investasi inovasi, teknologi, basis data dan kecerdasan buatan di bidang militer, investasi negara-negara Asia dan Amerika saat ini sudah mencapai 12 milliar dollar. Investasi itu kalau tidak salah didominasi oleh China. Saya melihat, didalam hal ini Indonesia harus mengejar ketertinggalan ini.

Saya berpendapat agar kuat, pentingnya pertahanan militer, TNI dan rakyat dikolaborasikan dilibatkan didalam inovasi, teknologi, basis data dan kecerdasan buatan agar percepatan perkembangan negara kita semakin kuat dan disegani negara lain yang ingin berkonflik dengan kita.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan Dilindungi Hak Cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?