Syukurnya, Bom Tak Jogetkan Pasar


Kadang, masalah adalah sahabat terbaik kita, ia membuat kita menjadi lebih kuat, agar kita bisa berpikir lebih matang, lebih dewasa dibandingkan hari ini, kemarin, dan sebelumnya. Begitu juga cara kita melihat tentang kasus bom Surabaya ini. #Yaa bukan berarti besok gak apa-apa ada bom meletus lagi di tanah Indonesia. Jangan berpikir gitu lah. Ini tentang cara berpikir positif dan sudut berpikir positif saja.

Hari senin kemaren semua orang sempat was2, waah anjlok ini, jelas bakal anjlok ini. Wah, bagaimana nasibnya pasar ini, bagaimana nasibnya mata uang rupiah ini?! dan ungkapan kekhawatiran lainnya. Hampir semua orang kompak berpendapat bahwa bom beruntun di Surabaya dan kejadian lainnya membuat pasar Indonesia memerah. Ditambah lagi, travel warning dari negara2 tetangga dan dunia sudah keluar dan mengkonfirmasi rakyat2 mereka masing2 untuk menghindari datang ke Indonesia. Pendapat saya pun saat itu, “waah, suram ini. Nasib kita suram sudah bakal beberapa hari kedepan”.

Sebaliknya, secara mengejutkan, transaksi pasar saham yang terjadi di Jawa Timur (Jatim) malah menjadi yang terbesar setelah Jabodetabek. Kontribusi perdagangan saham baik beli dan jual di Jatim sudah mencapai 5% dari kondisi yang biasanya hanya mencapai 3% saha. Ini membuktikan bahwa peristiwa bom tidak berdampak signifikan terhadap perekonomian kita. Bom terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap pasar dan nilai tukar rupiah. Yaach, syukurlah. 

Performa pasar 1-2 hari ini kalau kita amati, pasar modal kita menunjukkan kinerja yang masih cukup menjanjikan dengan frekuensi perdagangan yang masih cukup tinggi. Bahkan, ini waktunya investor jangka Panjang untuk masuk ke pasar saham (bisa dari saham langsung atau reksadana). Santai, perekonomian kita maish optimis, walaupun baru saja didera bom di Surabaya. Hari senin kemarin, IHSG ditutup melemah 0,16% atau 9,678 basis poin di level 5.947, dan rupiah ditutup melemah tipis di 13 basis poin atau melemah sekitar 0,09% (dari Rp19.993 menjadi Rp13.973 per-dollar AS).

Bagaimana dengan travel warning yang sedang dikeluarkan oleh beberapa negara di dunia terhadap Indonesia? Saya melihat, hal tsb masihlah tergolong wajar. Siapa sih di dunia ini yang mau berspekulasi dengan keberbahayaan. Namun, kita meminta kepada semua pihak untuk juga berpikir nalar dan logis. Bahwa itu trend jangka pendek, jangka panjangnya perekonomian Indonesia bagus. Bukti ini masih bagus, sama juga yang terjadi dulu di Paris. Pada saat ada aksi terror di Paris, semua negara banyak mengeluarkan travel warning dan tidak lama kemudian kondisi traffic dan pariwisata Pracis Paris pun berjalan normal kembali. Pun juga pada sektor perhotelan dan restoran, pasca ledakan tsb, tetap berjalan normal dan melaksanakan aktivitasnya masing2.

Sejauh ini ada 5 negara yang mengeluarkan travel warning kepada Indonesia, yaitu (a) Inggris; (b) Asutralia; (c) Singapura; (d) Amerika Serikat; (e) dan Hong Kong. Tapi ingat, travel advise atau travel warning kan bukan larangan, itu himbauan.

Perusahaan2 besar yang go-public yang operasional bisnisnya di Surabaya juga masih buka dan menjalankan operasional bisnisnya dengan baik, pun juga pada bidang produksi yang berjalan baik, tidak ada gangguan dan pemberhentian apapun. Market berjalan apa adanya dan bisnis berjalan baik.

Baiknya memang kita harus ber-mindset seperti itu, janganlah menyelesaikan problem bom ini dengan mengeluh, resah, panik dan marah2, kita harus cepat, bergerak tuntas ke ubun2 masalah tsb dengan formula solusi yang tepat.

Hadiah kadang tak selalu ‘terbungkus indah’, mungkin ‘bungkus’ masalah ini kepada Indonesia adalah bentuk hadiah kita agar ada formula sustainabilitas/ keberlanjutan yang baik sehingga Indonesia akan hidup sampai kiamat. Tidak akan hancur tahun 2030 seperti yang diceritakan oleh orang yang katanya lebay dan seneng baca novel sendu itu.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan Dilindungi Hak Cipta!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?