Mencari Kemana Arah Capres-Cawapres 2019


Kalau katanya Mahatma Gadhi, ada 7 dosa sosial yang sekaligus juga bisa menjadi 7 anuegrah sosial apabila seorang pemimpin bisa menyelesaikan hal tsb, yaitu: (a) kekayaan yang tanpa kerja; (b) kenikmatan yang tanpa nurani; (c) ilmu yang tanpa kemanusiaan; (d) pengetahuan dan wawasan yang tanpa karakter; (e) politik yang tanpa prinsip; (f) bisnis yang tanpa moralitas; dan (g) ibadah yang tanpa pengorbanan. 

Sebagaimana yang tadi sore, atau barusan telponan. Ada beberapa substansi yang akhirnya menjadi kepenasaran kita tentang bagaimana wajah Pilpres 2019 kita besok, dan siapa yang menjadi sumbu kepenasaran di level Propinsi Jatim dengan arus ke-ulamaan dan ke-NU an. Tulisan ini tidak menjawab tentang poros kepenasaran di level Propinsi Jatim dengan arus ke-ulamaan dan ke-NU an. Akan tetapi mungkin sedikit menjawab substansi2 yang mungkin saat ini adalah asumsi dan dugaan yang berprobabilitas tinggi muncul esok2 saat kontestasi.

Di tulisan ini saya mengggaris bawahi ada 3 substansi dengan turunannya (dg format daftar masalah2, daftar potensi2, dan apa saja daftar strategi tentang Capres Cawapres saat ini), agar pembaca bisa ikut membaca dan memahami arah pikiran saya.

Diawali dari daftar masalah yang saya baca terkait Capres Cawapres 2019 saat ini. Yaitu sbb: (1) Banyak kebuntuan politik terkait figure, siapa yang akan diusung selain Jokowi; (2) Sampai saat ini, pihak pertahana belum mengeluarkan nama Cawapres yang akan mendampingi; (3) Strategi saling lirik melirik masih menjadi strategi, dan kesan strategi tunggu menungu masih dipergunakan. Tapi saya yakin, didalam waktu kurang dari 1 bulan kedepan koalisi parpol akan mampu menghadirkan capres yang ideal; (4) Masa-masa penantian ini membuat publik mengambil perhatian. Dan pendapat publik cenderung terbagi antara yang setuju dan tidak setuju; (5) Keraguan terhadap penantang Jokowi tampaknya lebih besar. Kalau saya mengamati hasil risetnya Litbang Kompas, menunjukkan bahwa sebanyak 56,9% responden menilai pihak penantang sulit mencari sosok yang mampu menandingi petahana; dan (7) Mei lalu, Gerindra melakukan riset di 13 elite partai dan non-partai, tetapi buktinya hingga kini nama-nama yang diriset tidak kunjung muncul juga. Salah satu dari 13 elite partai tsb adalah kader dari partai PKS; dan (6) kuncian PKS membuat Prabowo kesulitan mencari Cawapres di putaran Pilpres 2019 ini. 

Daftar potensi Capres Cawapres 2019 apa? Yaitu sbb: (1) Koalisi antar parpol saat ini masih sangat cair; (2) Enam/6 Parpol sudah mengumumkan mendukung Jokowi, yaitu (a) PDIP, (b) Golkar, (c) PPP, (d) Nasdem, (e) Hanura, dan (f) PKB. Sehingga total koalisi pendukung Jokowi adalah 337 dari 560 atau 60,18% kursi legislatif. Nah, kalau Partai pengusung lainnya (yang non-Jokowi) ingin bertarung, angka ini haruslah juga dipertimbangkan matang-matang, agar strategi kedepan juga empirik hasilnya; dan (3) Parpol yang mendukung Prabowo adalah: (a) Gerindra, (b) PKS, (c) PAN (dalam masa jajakan). Sementara Demokrat, belum menentukan sikap. Mungkin di detik-detik terakhir, sebagaimana strategi SBY yang lalu-lalu. 

Terkait daftar strategi Capres Cawapres 2019. Bagaimana jalan keluarnya/ strateginya?

Memang harus ada sebuah atau beberapa skenario. Di proses ini, tidak boleh buntu. Karena akan berbahaya terkait rivalitas politik yangakhirnya diikuti oleh terbelahnya masyarakat kedalam kelompok kanan dan kiri yang sangat tajam dan panas. 

Strateginya bagaimana? Sejauh ini, inilah yang maksimal mampu (agak mentok) menjawab strategi. Yaitu sbb: (1) Berdasarkan riset Litbang, saya mengamati bahwa sejauh ini, publik berharap ada yang muncul lebih dari dua calon didalam pilpres, agar ada poros lain diluar kubu2 publik yang terpecah diatas; (2) Poros ketiga ini diharapkan dapat menghadirkan sosok presiden alternative yang mampu mengimbangi Jokowi dan Prabowo; (3) Berdasarkan riset, sosok yang paling berpotensi menjadi lawan berat Jokowi adalah: (a) Prabowo Subianto (70,6%); (b) Gatot Nurmantyo (10,4%); (c) Anies Baswedan (6,8%); (d) Agus Harimurti Yudhoyono (6,8%); (e) Jusuf Kalla (5,5%); dan (4) Sedangkan nama cawapres Prabowo sudah mengerucut ke 5 nama, yaitu: (a) Mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. (b) Ketua Majlis Syuro PKS Salim Segaf Al-Zuhri, (c) Ketua PAN Zulkifli Hasan, (d) Komandan Satuan Tugas Bersama Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, dan (e) Gubernur DKI Anies Baswedan. 

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?