Kenapa Pemilih Milenial Dikejar-Kejar?


Saya selalu ingat dengan perkataan Tan Malaka, idealisme adalah kemewahan terakhir yang harus dimiliki oleh pemuda. Buat apa punya wilayah seluas Sabang hingga Merauke jika pemudanya kehilangan idealisme.

Langsung to the point. Kenapa saya pede ttg generasi milenial? Anda amat2i ya, bahwa saat ini jumlah pemilih milenial yang berumur 17-38 tahun mencapai 55% dari total jumlah pemilih di Pemilu 2019 besok. Jadi clear ya, bahwa ini memang asset penting dan kehadirannya amat diperhitungkan. Itulah dasar confidence level saya, sekaligus precision level saya.

Generasi milenial sangat penting. Disamping sebagai pengisi quota hak pilih, generasi ini penting untuk sumbang ide dan gagasan kekinian. Hal yang saya khawatirkan sebagai deviasi (gap/jarak atau penyimpangan dan agak pesimis dalam politis) disini adalah para politisi hanya mengincar suaranya saja, tidak lebih dari itu (bukan investasi meregenerasi). Artinya prinsipnya adalah "Yang terpenting gagasan mudanya dan kekenian, karena gak masalah mesin penggeraknya tua selama idenya muda kan?!". Sehingga logika mesin tua di dunia politik tidak akan ada masalah, bahkan harus karena itu menunjukkan pengalaman dan jam terbang tinggi yang teruji. ttg anak2 ini apakah mau ditempatkan di 'mimbar depan' saya fikir tidak. Sekedar hanya untuk pemenuh quota elektabilitas saja.

Anak-anak muda milenial harus mengetatkan barisan, harus imbang dong, pun juga obyektif, tidak hanya untuk syarat tapi milenial harus menjadi mesin penguat masa depan, didampingi dan harus bisa maju bersama kedepan.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?