Adaptabilitas Perguruan Tinggi Terhadap Revolusi Industri 4.0 Harus Teruji


Percaya tidak percaya, setiap teknologi dan kemajuan hari ini itu dipandang sihir dan tahayyul dimata nenek moyang kita dulu. Makanya kunci bertahan hari ini adalah mau beradaptasi dan memahami perubahan. Oleh karena itu, saya setuju dengan rumus cara bertahan hidup yang paling efektif dan eruji zaman, yaitu adaptif terhadap perubahan, bisa menyesuaikan, tidak kaku dengan sesuatu yang baru.

Pun juga tentang kampus. Terhadap perubahan yang sangat cepat ini, kampus dituntut bisa beradaptasi dengan revolusi industri 4.0. kampus harus berani berubah, improve, menghasilkan sumber daya manusia, dan profesi yang tidak hanya pintar tapi juga harus bisa bersaing. Mengingat industri saat ini sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi.

Patut anda pahami, bahwa sekarang ini dunia sudah berubah total. Bahkan sudah berbubah banyak. Kondisi ini harus dipahami oleh semua orang, elemen dan stakeholder. Oleh karena itu, pendidikan harus mulai menyesuaikan diri adalah sebuah keharusan yang mutlak dan urgent.

Untuk diketahui bersama bahwa pendidikan harus mulai menyesuaikan diri dan melahirkan profesi2 baru yang bisa menyesuaikan dengan perubahan-perubahan cepat. Oleh karena itu, kemajemukan jurusan didalam fakultas2 harus mulai divariasi. Anda lihat ya, dari 30-40 tahun terakhir jurusan dan fakultas2 ya hanya itu2 saja variannya, tidak ada yang mau dan berani berimprovisasi membuka jurusan baru yang bisa memanggil zaman dan menjawab zaman saat ini. Kedepan kita harus berani memikirkan, mengambil langkah membuka fakultas dan jurusan2 yang baru yang sesuai dengan visi misi dan persaingan kita kedepan.

Saat ini sudah banyak sekali hal baru yang lahir dan bergerak begitu cepat. Ingin tahu contohnya? Contohnya seperti kecerdasan buatan, robotika, virtual reality, digital technology, e-commerse dan marketplace. Artinya apa? Artinya adalah kampus disamping memikirkan iklim keilmuannya, kampus juga harus mulai memikirkan ekosistemnya. Maksutnya ekosistem disini apa? Jelas maksut ekosistem disini adalah ekosistem kewirausahaan. Bisa diawali dari start-up atau penanganan pada development business/product atau business redevelopment. Intinya adalah harus mulai membangun skema2 cerdas yang fleksibel dan out of the box. Kalau perlu bukan out of the box lagi, melainkan bisa thinking withou the box.

Apalagi data Index Internasional 2017 kita hanya masuk dalam peringkat ke 87 dari 137 negara dan jumlah inovasi dan paten kita tergolong salah satu yang masih paling rendah. Kedepan ini harus menajdi PR bagi semua orang dan instansi, dan harus dicari tahu solusi dan pola win-nya.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?