Belajar Kepada Ketidakstabilan Kehidupan


Paling satu hal yang perlu kita bersama belajari dari kehidupan, pun ini yang saya pelajari dari Jalaludin Rumi, bahwa percayailah saja bahwa kelak luka-lukamu itu yang akan menjadi obat-obat bagimu.

Kadang bingung juga sebenarnya saya kalau berbicara tentang kehidupan, tapi ada satu hal yang akhirnya saya harus banyak2 melihat kebawah dibandingkan keatas. Yaitu saudara2 disabilitas kita yang ikut di Asian Para Games 2018. Kok saya sepertinya lebih melihat, bahwa mereka benar2 malah bisa memenangi kehidupan mereka ya dibandingkan orang2 lainnya yang ada di luaran ini.

Saat banyak orang2 yang hanya bermain topeng, mereka tunjukkan bukti bahwa mereka tidak bisa diremehkan. Mereka tunjukkan bisa memenangi tantangan terberat untuk berani merayakan kehidupan dan mengisinya dengan prestasi, berbikir hari esok dan masa depan. Sudah tidak terganggung lagi dengan penyesalan2 masa lalu. Memang seharusnya entah yang abilitas maupun yang disabilitas harus bersatu dalam kesetaraan dan menunjukkan kita adalah satu.

Banyak yang diajak pulang dan menolak “nanti dulu”, saya ingin menikmati momen2 ini, saya ingin menikmati momen2 perjuangan ini. Tapi memang seharusnyalah seperti itu, jangan tenggelam dan mulai isilah dengan prestasi2, acara hiburan dan kesibukan2 lainnya, entah itu ikut program pengabdian masyakarakat, lembaga sosial, pertunjukkan seni, qosidah atau musik, dll. Intinya ya temukan surga kita masing2 di dunia itu di lingkungan situ, temukanlah Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa disitu.

Biarkanlah orang lain membantu kita, mengarahkan kita, sehingga kita bisa hidup nyaman kelak. Karena percaya tidak percaya, bahwa saat isi pikiran kita dalam kondisi emosional/tidak stabil, bukan hal yang bijak mengambil keputusan. Lebih baik, biarkan orang2 kepercayaan kita gantian mengambil peran pengambilan keputusan kepada kita karena kita dalam kondisi tidak objektif.

Kita tunggu dulu kondisi membaik, mood membaik, perbanyak silaturahmi kepada para guru2, membaca buku2 dan kitab-kitab imam2 syech berkualitas satu terkait tentang emosional/psikologis kita stabil, untung2 malah bisa menulis buku khusus ttg case/kasus seperti ini, setelah isi pikiran kita jernih, baru setelah itu kita kembali show up seperti biasanya.

Selalu tambah ilmu, dan menghadiri majlis ilmu pesantren dengan guru. Dan coba jadilah pemenang atas kehidupan kita sendiri; sudah itu dulu, gak usah muluk2 dulu.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?