Mereka Untuk Tangan-Tangan Kemanusiaan
Bagi saya, agama jangan jauh-jauh lah dari kemanusiaan. Karena bagi saya ada 3 hal yang patut dijaga didalam hidup, yaitu: agama, cinta, dan keluarga. Jika kau tidak punya keluarga, kau masih punya cinta dan agama. Karena cinta dan agama adalah satu kesatuan yang bisa melahirkan keluarga, sahabat, masyarakat, negara dan peradaban. Yang terpenting berhenti mengeluh, teruslah selalu optimis.
Jika saya harus berbicara tentang kemanusiaan, saya memiliki
pandangan bahwa kehidupan ini sangat luas, tidak membutuhkan kita untuk koar-koar,
tunjuk-tunjuk, bahkan harus menjadi kyai dulu. Cukup memberikan contoh tindakan
baik dan amal baik kepada sesama. Cukup berikan kualitas kesadaran antar kita,
kualitas kemanusiaan yang akhirnya melahirkan perilaku2 keindahan, kerendahan
hati, kenikmatan berkehidupan, berspiritual religi, dan bisa punya tindakan
beradab yang etis, untuk maju dan menghormati keberagaman dan punya kejernihan
nurani didalam hatinya. Makanya peran Allah Swt, Tuhan Semesta Alam kuat sekali
disini, Dia adalah satu2nya Dzat sumber cinta di alam semesta. Kepada siapa lagi
kalau bukan kepadaNya kita mencari celah sumber cinta sesungguhnya di dunia ini. Cinta untuk selamat di dunia dan akhirat (alam kubur, padang mashsyar, syafaat
kanjeng nabi, hari penghisaban, sirotol mustaqim, dan surga neraka). Allahu a’lam
bissowab.
Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala. Saya senang
bekerjasama dengan tim menyiapkan relawan sebanyak-banyaknya untuk kemaren yang
35 orang tim dokter dan perawat sudah berangkat, dan beberapa ratus orang
kedepan yang diawal November akan diberangkatkan full 30 hari. Pola relawan ini
nanti akan dirotasi per-30 harinya dengan tenaga2 baru agar kontribusi kita
terhadap warga dan kesehatan bisa optimal. Kenapa seperti itu? Karena tidak
mudah bekerja di daerah bencana. Ini hanya murni niat pengabdian dan bekerja ikhlas.
Keinginan berbagi harus mengalahkan lelah bekerja bersama-sama di daerah
bencana. Tentang keluarga kaget kita di lokasi bencana? Tentu lah. Tapi mereka
paham, bahwa kita disini untuk membantu sesama, pasti ada pahalanya.
Syukurnya, saat ini di Donggala, Palu, dan Sigi sudah
mendingan, tidak seperti awal2 kemarin. Saat ini malam hari sudah bercahaya
lagi, tidak gelap. Walaupun kita mengakui bahwa jaringan listrik tidak bisa
sepenuhnya dipulihkan. Kedepan, tim akan terus melakukan perbaikan jaringan, pos2
kesehatan, terapi psikologis untuk dewasa dan anak-anak, dll. Harapannya, mereka bisa
merasakan hal yang sama seperti sebelum bencana alam melanda Sulteng.
Kita harus mendukung mitigasi. Apalagi kondisi daerah
bencana 100% berbeda dengan kondisi normal, disini kita tim seperti memulai
dari Nol. Karena Sulteng Sigi luluh lantak.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyebutkan bahwa
saat ini ada 67.310 rumah rusak di Donggala, Palu, dan Sigi. Hal ini memicu
yang memicu gelombang pengungsian yang mencapai 87.725 orang yang tersebar di
sejumlah daerah didalam dan luar Sulteng.
Salam,
Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!
Komentar
Posting Komentar