Saat Ini, Resiko Meningkat Makanya Langkah Kita Pun Mesti Lebih Kongkret


Sebenarnya semua dinamis sih, tinggal kembali ke kitanya saja. Peluang kedepan untuk sukses sangatlah lebar asal disertai dengan kemauan dan usaha keras. Kesempatan sudah terbuka lebar, tinggal maunya kita bagaimana; mau usaha apa enggak.

Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 kemaren selayaknya menjadi refleksi sekaligus ajang tukar pikiran, agar para pembuat kebijakan menjadi lebih matang. Karena penyesuaian diri sekaligus integrasi kebijakan internasional menjadi keniscayaan menghadapi resiko krisis ekonomi global kita saat ini.

Lalu solusinya bagaimana? Solusinya adalah kita/para pengambil kebijakan ya harus membahas kebijakan sekaligus mengambil langkah kongkret (tidak hanya wacana dan planing2) untuk mengatasi resiko yang semakin meningkat. Krisis keuangan saat ini semakin kompleks dari masa ke masa, pembahasan mengenai kebijakan moneter dan fiskal sudah harus menjadi fokus utama bagi para pemangku kebijakan pada setiap kali pertemuan-pertemuan.

Agenda mempertemukan para menteri2 keuangan 189 negara di dunia ini penting sekali, agar kedepan tujuannya kita bisa menemukan sistem yang oke (untung2 rumus yang baru) dalam memitigasi dan menangani krisis di seluruh dunia. Apalagi, peraturan keuangan di seluruh negara banyak yang kurang fleksibel dalam menghadapi krisis. Saya fikir ini sangat penting.

Kalau kita belajar pada krisis global tahun 2007 kemaren, yang terjadi adalah “strategi saling kunci antara masing-masing (sebagaimana perang dagang yang sekarang dilakukan AS-China), entah itu pada pada antara-unitnya, mulai dari bank2nya, pasar modalnya, sektor2 usahanya, dan lain sebagainya. Kalau bisa kedepan jangan seperti ini lagi lah. Dengan bertemunya para menteri keuangan, diharapkan ditemukan sebuah formula baru/sistem baru cara menghadapi/mentritmen krisis sehingga kita lebih imun, bertahan, bahkan bisa memenangi keadaaan.

Tentang data ekonomi inklusif, IMF kemaren memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini 3,7%, angka ini sudah dikoreksi sebesar 0,2% dibandingkan dengan proyeksi di bulan April 2018 kemaren yang sebesar 3,9%. Oh ya satu lagi, bahwa semua Bank Sentral khususnya negara Asia Tenggara kemaren sudah bersepakat muali memanfaatkan potensi keuangan digital bagi pertumbuhan ekonomi inklusif kita di masa yang akan datang.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?