Skenario Mengalihkan Impor


Kalau katanya Sun Tzu, strategi terpenting dalam sebuah pertarungan adalah menyerang strategi musuh. Nah, begitu juga yang harus kita lakukan untuk mengalihkan impor dan menguatkan ekspor kita. Tujuannya apa? Tujuannya adalah membaiknya ekspor dan bisa diperbaikinya nilai defisit transaksi berjalan kita saat ini.

Ada yang tahu caranya bagaimana (cara memperbaiki dari dalam)? Yaitu dengan cara dipacunya pembenahan pada sektor industri penopang ekspor. Kalau cara memperbaiki dengan menyerang strategi musuh sesuai arahan Sun Tzu (menyerang dari luar) tadi? Yaitu dengan cara meningkatkan daya saing industri Indonesia.

Kendala kenapa sektor industri penopang ekspor kita buruk adalah salah satunya (a) pemanfaatan bahan baku lokal sebagai pengganti baku bahan baku impor yang tidak/belum ada. Kok bisa seperti itu? Hal ini tidak kuat dan tidak optimalnya kondisi industri hulu yang terhubung dengan industri pengguna. (b) daya saing industri kita yang buruk, makanya ini harus disupport dengan penguatan research and development yang baik, investasi langsung yang berorientasi ekspor dan inovasi. (c) semua upaya ini harus ditopang dengan kebijakan/regulasi yang mendukung dan regulasi yang kompetitif, jangan akhirnya malah membuat sebuah kebijakan yang merusak daya saing pasar. Kebijakan diharapkan jelas pengaturannya pada klusterisasi hulu ke hilir, dan adanya kejelasan tentang pemberian insentif bagi eksportir dan para pelaku industri dalam negeri yang ingin melakukan ekspansi bisnis ke negara lain/luar negeri.

Strategi meningkatkan daya saing industri Indonesia adalah salah satunya dengan cara upaya peningkatan penggunaan konten lokal (bahan baku lokal) secara bertahap. Contohnya, di sektor industri mobil kita harus bisa memaksa Honda Toyota Mitsubishi Suzuki untuk menggunakan bahan baku lokal untuk proses pembuatan mobil-mobilnya, entah kalau itu Toyota bisa pada seluruh mobil All New Kijang Innova nya yang bisa dimaksimalkan 85%, dengan support target paksaan konten lokal di 2022 sudah menjadi 95%. Begitu juga hal ini haruslah diikuti pada merek-merek mobil lainnya dan industri-industri strategis lainnya yang ada di Indonesia.

Kalau umpama Honda Toyota Mitsubishi Suzuki tidak mau begitu saja percaya dengan kita (industri di negara Indonesia) kita bagaimana? Saya fikir kita harus menyiapkan infrastruktur dan fasilitas yang memadai sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk mengelak. Satu contoh, Toyota harus bekerja sama dengan perusahaan domestik untuk malakukan supply bahan baku lokal. 

Kalau bunyi data yang saya dapatkan dari Kompas CEO Forum menunjukkan bahwa pada tahun 2015-2018 saat ini sudah ada sekitar 140 pemasok bahan baku lokal. Walaupun angka 140 itu seakan-akan banyak, terbukti masih saja sulit bagi para pemasok mencari bahan baku dari dalam negeri karena industri hulunya tidak berkembang dan tidak optimal berjalan dengan baik. Ini jelas koreksi dan kritikan untuk kita jika memang ingin serius berbenah pada bahan baku lokal sebagai pengganti baku bahan baku impor dan sektor industri penopang ekspor. 

Menurut saya ini hal yang sangat penting, mengingat kondisi ekspor dan infrastruktur ekspor kita yang lemah saat ini. Apalagi data tentang mahalnya cost of logistic kita yang sebesar 26% dibandingkan negara2 lainnya yang hanya kisaran dibawah 15%. Jumlah besarnya cost of logistic ini harus menjadi koreksi, evaluasi sekaligus kritik bersama bagi kita semuanya.

Artinya apa? artinya adalah memang pembangunan pembenahan bahan baku lokal sebagai pengganti bahan baku impor dan sektor penopang ekspor agar defisit transaksi berjalan perlu sekali segera diobati/dilaksanakan (disurpluskan).

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?