Bolehlah Mengkritik, Selama Tidak Tendensius Dan Masih Bisa Obyektif Okelah Masih Bisa Kita Terima


Sebenarnya prinsip kesuksesan sebuah hajat itu sederhana, (a) pastikan tujuan yang kita miliki saat ini jelas dan terkomunikasikan dengan baik; (b) harus ada rencana yang jelas, jangan ngomel tapi ditanyai rencanane opo rak dong; (c) harus diingat, bahwa anda harus punya batasan waktu yang tegas; (d) pastikan fokus pada action dan koordinasi; (e) rasa takut bukan untuk dinikmati tapi dihadapi; (f) berdoa dan mencari keridhoan Allah Swt dunia akhirat.

Tentang pekerjaan gotong royong. Saya pikir boleh-boleh saja kita mengatakan pekerjaan kita atau pemerintah itu lamban dalam menangani suatu permasalahan, contohnya bencana di Dongala dan Palu. Harus diingat, bahwa tidak gampang medan yang ada di Palu dan Dongala apalagi setelah kejadian gempa dan tsunami. Semua infrastruktur rusak, aspal-aspal jalan menggulung, gerakan spontan masyarakat juga masih terbatas, serta banyaknya masalah yang dihadapi secara mendadak harus juga dimaklumi. Sembari kita juga mensyukuri berbagai usaha dan pencapaian yang sudah dilakukan dan dicapai saat ini.

Bagi yang merasa opisisi, monggo kalau pengen mengkritik. Sah-sah saja. Lawong demokratis. Cuma jangan tendensius dan pastikan masih dalam koridor obyektif. Karena kalau tidak akan mengakibatkan ketersingungan personal yang bisa panjang urusannya. Maksutnya apa? Maksutnya adalah bolehlah merasa punya hak mengkritik tapi menyatakan kita atau pemerintah lamban ibarat punya mata tapi tidak bisa melihat, ini saya fikir terlalu lebay. Paham Tupoksi sajalah. Padahal, masih banyak tindakan nyata dan sigap tanggap yang sudah kita atau pemerintah telah lakukan. Maksut saya apa? Maksutnya adalah harus ada tindakan dan cara pandang yang fokus membangun mendorong semua elemen untuk serentak turun tangan membantu mengatasi penderitaan para korban saat ini.

Tentu masyarakat (end user) akan melihat, gaya berkoordinasi dan berpolitik dengan cara melontarkan pernyataan asal bunyi bisa jadi kurang mengundang simpatik. Jika merasa kita atau pemerintah lamban menangani permasalahan saat ini (bencana), sebaiknya segera ikut turun tangan membantu, jangan hanya ngomel, menyebarkan tendensius hoax dan duduk diam berpangku tangan.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?