Ngemeng-Ngemeng Tentang Debat Capres


Tentang debat capres cawapres besok, kita seharusnya kompak didalam mindset pembangunan bangsa. Artinya apa? Artinya adalah fokus pada produktivitas, fokus saling dukung program-program optimistik untuk rakyat, dan secara bersama-sama terus membangun Indonesia. Prinsipnya adalah jangan pernah merasa lelah membangun Indonesia, jangan suka bergosip ttg pesimisme, namun harus membangun dan membicarakan optimisme dan masa depan cerah kedepan.

Bagi saya, membangun bangsa itu harus diawali di level mindset. Kenapa? Karena kita secara personal ataupun organisatoris tidak boleh lagi terganggu dengan hinaan-hinaan, bahkan pujian publik. Kita diformat harus matang (mature), harus menghindari mental amatiran dan mudah terganggu dengan orang lain. Jadi, mending fokus optimis saja, entah itu dibangun secara sendiri-sendiri ataupun dibangun secara bersama-sama.

Kembali ke laptop tentang debat capres besok. Bicara ttg debat capres, apa hal yang paling utama perlu digaris bawahi? Menurut saya, hal yang perlu digaris bawahi adalah masalah terkait tingginya intensitas hoax, ujaran kebencian, dan fitnah pada paslon oleh para pendukung. Sekarang, kondisi serangan hoax sudah menjalar kepada level yang lebih serius, yaitu serangan fitnah. Oleh karena itu, sebisanya dari kitalah mengawali ini, setiap ucapan dan sikap berbasis data saja. Biar tidak ngapusi dan menebarkan tanda tanya di publik. Saya fikir, boleh juga itu mulai mempersiapkan narasi-narasi yang tepat untuk dilemparkan ke publik, yang intinya bisa menguatkan posisi bargaining position masing2 di publik tanpa fitnah, tanpa hoax.

Setidaknya ada 3 hal yang saya ingat terkait strategi jika ingin menaikkan elektabilitas publik seseorang atau paslon capres cawapres atau tokoh yang ingin mencalonkan diri, yaitu antara lain sbb: (1) kunjungan capres cawapres ke daerah; (3) kebijakan yang dikeluarkan/dibangun oleh capres dan cawapres; (3) unsur influencer yang dilakukan oleh capres dan cawapres. Oleh karena itu, mempersiapkan diri dengan semua kondisi yang ada sangatlah harus diperhatikan.

Kembali ke laptop lagi membicarakan ttg debat capres cawapres. Setidaknya saya menangkap beberapa potensi didalam debat capres ini, antara lain: (a) setidaknya ada 5x jadwal kampanye debat capres cawapres yang diikuti. Dari 5 jadwal tsb, jadwal pertama debat akan dilaksanakan pada 17 Januari 2019; (b) yang menjadi masalah utama kita adalah tingginya hoax, ujaran kebencian, dan fitnah antar pendukung capres cawapres. Karena kondisinya, serangan hoax, dan ujaran kebencian sudah menjalar kepada fitnah antar pendukung; (c) debat akan mendorong rakyat terhindar dari agitasi-provokasi, mistifikasi, dan kultur individu yang berbasis SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Debat akan membawa masyarakat dalam nalar kritis dengan dasar, etos inti didalam pendidikan, dan wawasan keilmuan.

Kalau berbicara tentang urgensi debat capres, menurut saya, jelas bahwa urgensi debat pilpres ini adalah implementasi dari konsep JJ Rousseau (1712-1778) tentang Du Contract Social atau kontrak sosial. Jelas bahwa pola ini akan bisa dijadikan ajang bagi setiap capres menentukan dan memahami kehendak dan kebutuhan rakyat yang berkontrak secara tidak langsung dengannya. Diharapkan, melalui debat pemimpin politik dan warga negara bisa diberi otoritas luas menentapkan skala prioritas pada kebijakan public sesuai kebutuhannya. Jadi jelas ya, bahwa debat ini bukan untuk menentukan siapa salah siapa benar, siapa pintar siapa bodoh. Melainkan dimaksutkan untuk mendefinisikan salah dan benarnya pandangan serta cita2 yang dimiliki oleh capres dan cawapres dengan cara merangkum kehendak publik dan kebutuhannya.

Ini jelas berkorelasi positif dengan konsensus warga dengan capres dan cawapres. Oleh karena itu capres dan cawapres tidak boleh terjebak dalam akar masalah yang membelit rakyat dan budaya politik bersihnya. Solusinya bagaimana? Solusinya adalah harus dipancing dengan program dan vsisi misi yang berkualitas/ menjawab keadaan sesungguhnya di lapangan. Agar bisa merangkum kehendak publik dan kebutuhan rakyat.

Strategi yang bisa digunakan bagaimana itu? yaitu: (a) diharapkan, debat capres dan cawapres ini bisa menjadi media efektif mencerdaskan rakyat, dan juga diharapkan bisa menjadi kanal untuk meyakinkan seluruh rakyat. Agar ada kompetisi pilpres yang damai dan beradab; (b) kalau pilpres damai menurut Sydney Kraus dalam Winner of the First 1960: Televised Presidential Debate between Kennedy and Nixon (1996) tentang betapa pentingnya menunjukkan bahwa tentang gagasan, pendapat, pesan, visi, misi, dan program pemimpin politik yang bisa disebarluaskan melalui wacana debat. Didalam konteks Pilpres 2019, debat ditujukan agar rakyat yakin bahwa piplres berjalan damai dan beradab. Semoga kelak debat piplres ini bisa damai dan beradab.

Satu paragraph sebelum penutup. Sebisa mungkin, tolong debat capres ini dibangun dengan cara berkualitas. Kalau pertanyaannya seperti itu, bagaimana itu caranya? Caranya yaitu KPU perlu menyusun pengaturan teknis, entah dalam rigid dan kepastian hukumnya. Setidaknya pada 6 cara pengaturan debat yang baik dan hasilnya memuaskan. Itu berupa apa? Itu berupa (1) pengaturan ttg tata cara debat mengedepankan keadilan sosial bagi sleuruh rakyat Indonesia; (2) menentukan tema/ materi debat yang signifikan sesuai kebutuhan dan kepentingan rakyat; (3) menentukan waktu/ durasi ttg pertanyaannya terkait durasi debat, pertanyaan yang tepat, dan menghindari diskualifikasi; (4) penentuan model dan waktu penyiaran dg media dank anal informasi apapaun; (5) pilihan moderator harus jelas, dan pastikan panelis tidak berpihak sedikitpun terhadap salah satu capres dan cawapres. (6) pertanyaan harus bebas dan bisa mendukung tingginya kepentingan politik, khususnya ttg niat baik, bukan mencari musuh dan permusuhan.

Penutup. Bagi saya menjadi bijaksana adalah dimulai dari hatinya yang selalu punya niat yang suci, lidah dan tindakannya yang selalu disertai dengan ucapan tindakan terpuji, lalu seseorang yang sabar terhadap perkara-perkara yang ia hadapi.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan Dilindungi Hak Cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?