Para Elit Perlu Melakukan Introspeksi Komitmen


Ada yang bilang ke saya dan saya setuju, bahwa komitmen dan kejujuran adalah satu kesederhanaan yang mewah. Betul, betul sekali. Bahkan komitmen dan kejujuran adalah dasar sebuah kepercayaan, bahkan kesetiaan.

Lalu apa hubungannya dengan introspeksi komitmen dengan para elitis? Hubungannya adalah di menjaga etika berpolitik. Berpolitik butuh sebuah komitmen, butuh sebuah kepercayaan. Inilah nantinya yanga kan menyelematkan kita didalam partisipasinya pada perbaikan demokrasi Indonesia kedepan. Kenapa harus begitu? Karena mau percaya tidak percaya, bahwa perilaku para elitislah yang sangat berpengaruh langusng terhadap masyarakat akar rumput disana.

Koreksi hal lainnya yang patut menjadi garis bawah besar adalah tentang menurunannya kualitas kultur politik. kultur politik yang buruk tentunya akan memberikan stagnasi demokrasi. Oleh karena itu, di kontestasi 2019 ini kita berharap ada dorongan yang tinggi kepada para elitis untuk memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Apalagi budaya politik kita cenderung parokial, yang mana para rakyat cilek masih sangat tergantung dengan para elitis-eltis diatas tsb. Dan inilah yang kadang diterjemahkan dalam definisi perebutan kekuasaan dan perampasan kekuasaan atas orang lain terhadap para elitis. Riak-riak ini menjadi semacam kegaduhan internal dan mendorong agenda demokrasi yang tidak sukses.

Dengan dasar itulah, kita butuh introspeksi diri, khususnya terhadap komitmen membangun bangsa yang harus terus menerus dibangun dengan pertimbangan etika berpolitik, yang didasarkan pada kejujuran, kepercayaan, kekeluargaan, kesetiaan, dan nalar sehat.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan Dilindungi Hak Cipta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?