Menggambar Kabinet


Saya melihat tidak ada jalan yang benar-benar buntu tanpa arah. Karena kita jelas-jelas masih bisa berbalik, bertanya dan berkonsultasi untuk jalan yang lain. Yang menyebabkan kita “stuck” buntu pikir adalah sikap kita, yang mudah menyerah, dan malas berusaha. Inilah sebenar-benarnya akar dari segala kegagalan.

Tentang Kabinet. Beda Presiden, beda waktu, memang beda gaya. Dimunculkannya beberapa sosok. Komposisi Kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin sudah mulai tergambar. Dan itu (dari sejumlah sosok2 itu), tentu “tergambarkan” komposisi Kabinet mendatang.

Saya melihat beberapa daftar masalah dan kendala. Gerinda yang diluar pintu, eh tiba2 muncul masuk dalam barisan pemerintahan. Saya fikir harus ada pemastian, bahwa koalisi pemerintah yang semakin gemuk harus tetap efektif. Ini jelas ada perluasan anggota koalisi, dan Kabinet akan diisi sejumlah wajah2 muda baru yang dikenal biasanya di dunia bisnis dan industri kreatif.

Untuk hal-hal perluasan anggota koalisi, menandakan kuatnya kompromi politik dalam penyusunan kabinet. Tapi jelas, ini bisa dibaca sebagai strategi pemerintah mendulang dukungan.

Kita tunggu Istana Presiden memanggil sosok baru siapa saja lagi yang membuat publik penasaran. Terlepas Nasdem yang adem panas gara-gara tidak (belum kelihatan) dapat jatah Menteri. Ini jelas cara Jokowi memperkuat daya tawarnya ke Parpol pendukung, dan pastinya bagian dari upaya memperluas dukungan.

FYI, Sejauh ini yang jelas2 spesifik menyebut jabatan adalah Prabowo Subianto. Yang kuat kemungkinan menjabati Menteri Pertahanan. Untuk Nadiem Makarim (CEO Go-Jek), Erick Thohir (Grup Mahaka), dan Wishnutama (Komisaris NetTV) kuat kemungkinan (pemuda2 dibawah umur 50th ini) mengisi bidang2 kreatif dan bisnis/bumn di pemerintahan. Kendala yang dibaca mungkin tidak punyanya pengalaman di bidang birokrasi. Tapi cara koboy kadang perlu mendisiplinkan birokrasi agar tidak terjebak pada rutinitas tapi hasil yang bisa dirasakan (jelas dampaknya).

Bu Sri Mulyani tetap masuk di Kabinet untuk Kementrian Keuangan. Bu Susi “sang Ratu Laut” ini masih dag dig dug, belum ada suara. Untuk pak Mahfud MD, saya fikir tidak perlu diragukan keotentikannya dan gambar jabatan apa yang akan diemban. Yang jelas, tidak jauh2 dari area hukum, agama, dan HAM. Sisanya gak usah saya sebut ya. Rata-rata pemain lama.

Tentang Risma, Azwar Anas, dan Kanang ini sepertinya berpotensi pulang kampung (tidak jadi dipinang) walaupun Hasto Kristiyanto (Sekjen PDIP) menegaskan kembali bahwa jatah menteri untuk PDIP harus tetap yang terbanyak.

Kedepan, harus ada pemastian bahwa Kader2 Kabinet Menteri bisa mendukung pembangunan ekonomi, terutama di sektor riel, teknologi, dan bidang inovasi.

Saya tutup kalimat dg bidang ekonomi ya, bahwa kita harus optimis bahwa Indonesia bisa jadi negara maju di tahun 2045 dengan PDB US$ 7 triliun dolar. Kenapa? Dengan komposisi Kabinet Menteri yang saat ini, diharapkan mereka paham bahwa kondisinya, 2 tahun terakhir perekonomian global berubah drastis dan begitu cepat. Setahun ini sudah terjadi koreksi 4 kali, menunjukkan betapa tidak pastinya situasi ekonomi global saat ini. Puncak pertumbuhan global terjadi tahun 2017, yaitu sebesar 3,8%. Setelah itu siklus ekonomi global terus menurun/merosot.

Harus ada yang benar-benar berani menggebrak keadaan dan mampu melakukan perubahan-perubahan besar positif yang signifikan. Kata-kata tidak lagi mengubah situasi, kita ditantang untuk memberikan bukti dan hasil kerja yang nyata.

Salam,

Bahrul Fauzi Rosyidi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tulisan dilindungi hak cipta!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?