Kondisi Runyam Ekonomi Dan Target Gila Pemerintah

 

Saya percaya, memperjuangkan ideologi harus realistis, bukan harga mati (harus pragmatis jangan hanya idealist). Realistis ini bukan menolak optimisme, namun mencari optimisme didalam pembacaan keadaaan yang belum dipahami dan disadari. Karena kalau kita optimis dan punya kebiasaan menjelaskan apapun yang terjadi saat ini dengan cendela positif, maka yang terjadi adalah kejernihan berpikir dan mulai munculnya ide-ide, potensi-potensi, gagasan-gagasan, dan peluang-peluang.

Setelah rapat santai di InulVizta yang lalu dengan Romo Robby. Saya agak kaget dan mengernyitkan dahi dengan info pertumbuhan ekonomi yang diinfo mas Apri ttg target RAPBN 2021 sebesar 4,5%. Jujur, memang saya tidak mendengarkan pidato Presiden terakhir ttg hal ini. Namun memang, bagi saya target pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan kelewat optimis. Target ekonomi 2021 sebesar 4,5%. Padahal proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya -1,1% hingga 0,2%. Demikian juga kondisi perekonomian kedepan yang diperkirakan masih tidak menentu akibat Pandemik. Artinya? Artinya pemerintah “harus bekerja keras” dalam memulihkan ekonomi tiarap Indonesia yang dipaksa oleh virus Covid-19.

Optimisme penting, tapi perlu realistis sehingga jembatannya (win2 solutionnya) perlu berbasis data. Apalagi yang digadang-gadang sebagai “tulang punggung” pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah (a) Konsumsi Domestik; dan (b) Investasi. Jujur, kalau memang itu pertimbangan dari mereka. Pertimbangan dari saya yang mengganjal pikiran saya adalah saat ini iklim investasi belum mendukung percepatan ekonomi, resiko resesi tahun ini masih mengintai walaupun resesi ≠ krisis,  dan “konsumsi domestik (masyarakat)” masih tertekan akibat pandemi.

Sebelum berbicara solusi. Kalau memang yang dibaca sebagai solusi adalah “stimulus pemerintah”, khususnya untuk meningkatkan konsumsi domestik. Lalu bagaimana skenario untuk yang investasi dan gap standard deviasi pertumbuhan ekonomi yang diintai resesi?

Solusinya memang di Pemulihan Ekonomi, Reformasi Struktural, Transformasi Digital, Pemanfaatan dan Antisipasi Perubahan Demografi. Namun sebelum itu, solusi utama menurut saya adalah saya melihat, ditemukan vaksin Covid-19 yang katanya akan disebarkan per-Januari tahun 2021 adalah bagian solusi dan strategi yang paling realistis. Selama Covid-19 eksis dan belum ada solusinya, maka pertumbuhan ekonomi seperti shadow dan sedikit anomali bagi saya.


Salam,


Bahrul Fauzi Rosyidi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Tulisan dilindungi hak cipta!

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?