Membangun Kejernihan Pikir Global


Sangat disayangkan sikap Prancis akhir-akhir ini. Saya setuju, lebih baik para pemimpin mulai belajar memahami cinta dan kasih sayang di seluruh dunia. Kalau tidak begitu, akan ada siklus berbahaya antara aksi dan reaksi.

Lebih baik upaya penghinaan kepada Nabi dan Kitab Suci disetarakan dengan Holocaust saja. Apa dan bagaimana Holocaust itu? Yaitu sebuah topik yang tidak boleh dihina, dipertanyakan dan dilecehkan dengan alasan apapun, bahkan alasan kebebasan berbicara.

Kenapa harus seperti itu? karena kalau membunuh merupakan hal yang tidak dibenarkan, kita harus menyatakan ke publik bahwa menghina perasaan pemeluk agama lain juga tindakan yang salah.

Masih ingat dengan film Das Liebesconzil atau juga disebut Council of Heaven? Film ini mengkritik satir tentang pengaruh Tuhan melalui perwakilannya di Bumi. Film ini ditentang Keuskupan Gereja Katolik di Roma, di Innsbruck karena dianggap menggambarkan secara tidak patut tentang Tuhan, Yesus dan Bunda Maria. Tuhan digambarkan sebagai lelaki tua tak berdaya, Yesus anak yang kecil dengan keterbatasan intelektual dan Bunda Maria sebagai perempuan asusila.

Atas kejadian film ini, Preminger Institut fur Audiovisuelle Mediengestaltung yang membuat dan mendukung film tsb dijatuhi vonis tindak pidana. Bahkan pengadilan HAM Eropa memperkenalkan doktrin marginal of appreciation, yang dimaknai sebagai kemungkinan membangun keseimbangan hak dan kebebasan individu dengan kepentingan nasional dan ini merupakan bentuk mitigasi potensi konflik di masyarakat.

Kita sebagai warga terpelajar dan terdidik harus memberikan contoh bahwa dorongan-dorongan kekerasan harus dievaluasi dari internal kita, lalu diselesaikan secara pekerjaan kolektif bersama-sama agar semakin meningkatkan imun publik dan kenyamanan berbhineka tunggal ika secara global.

Saya melihat, agar muncul wadah urun rembuk yang efektif, peradaban dunia harus diajarkan tentang sensitivitas dan kepekaan agar  perduli dengan perasaan-perasaan ini.


Salam,


Bahrul Fauzi Rosyidi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Tulisan dilindungi hak cipta!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waton Suloyo, HB Politik Dhobos

Pemimpin Masa Depan

Bonus Demografi: Dimana Posisi NU, Santri, dan Masa Depan?